PILPRES dan pilkada itu bukan hanya berbeda ruang lingkupnya, juga akan berbeda pula sikap partai politik dalam berkoalisi mengusung pasangan calon.
Dalam pilpres nyata-nyata berlawanan sikap politik, tetapi pada pilkada boleh jadi akan menjadi kawan mesra koalisi untuk mengusung calon kepala daerah.
Sinyal itu sudah mulai terlihat menyongsong pilkada Jawa Timur. PDIP seperti dikatakan Sekjennya, Hasto Kristiyanto membuka opsi koalisi dengan Gerindra dan Golkar pada perhelatan pilkada di Jatim untuk mengusung Khofifah Indar Parawansa.
“Ini sinyal, di atas masih berseteru, di bawah sudah mulai menyatu,” kata Heri mengawali obrolan warteg jelang buka puasa bersama sohibnya, mas Bro dan Yudi.
“Pada pilpres berseberangan. PDIP mengusung pasangan nomor urut 3, Ganjar-Mahfud, sedangkan Gerindra dan Golkar mengusung pasangan nomor urut 2, Prabowo-Gibran. Khofifah, salah satu yang mendukung Prabowo- Gibran,” kata Yudi.
“Gugatan terhadap hasil pilpres diajukan Kubu 03 dan 01, yang sekarang dalam persidangan sengketa hasil pemilu di Mahkamah Konstitusi.Bahkan, PDIP pun mengajukan gugatan ke PTUN agar KPU menunda penetapan hasil pemilu,” tambah mas Bro.
“Inilah bedanya sikap politik di pilpres dengan pilkada serentak kelak.Di pilpres bermusuhan, di pilkada bergandeng tangan dan berpelukan,” kata Heri.
“Dikabarkan PKS juga akan mendukung pencalonan Khofifah sebagai Cagub Jatim, yang telah mengantongi surat rekomendasi dari empat parpol, yakni Gerindra, Golkar, PAN dan Demokrat,” kata Yudi.
“Berarti majunya Khofifah dalam pilkada Jatim akan menyatukan parpol yang selama ini berseberangan,” kata Heri.
“Bisa dikatakan begitu, ini kan tafsir politik obrolan warteg, obrolan pinggir jalan. Kalau keliru ya mohon dimaafkan,” kata mas Bro.
“Tetapi fakta tidak terbantahkan, sosok Khofifah bagaikan magnet, banyak parpol mendekat untuk mencalonkan kembali sebagai Gubernur Jatim,” kata Heri.