Selain itu Mahmud menambahkan bibit biasa sudah distok untuk tahun berikutnya untuk dapat ditanam pada saat Ramadan.
"Kalau saya bibit dari tahun lalu, saya simpan buat tanam Ramadan berikutnya," tutur mantan RT. 01 RW. 02 ini.
Cara mengelola bibit timun suri, Mahmud hanya mengambil buah yang sudah tua lalu diambi bijinya dan direndam air.
"Kalau yang mengambang kita buang, yang tenggelam kita ambil dan jemur sampai garing, kalau panasnya bagus dua atau tiga hari juga bisa langsung kering, setelah itu disimpan di botol beling jangan yang dari plastik, yang kedap udaranya," beber Mahmud.
Hasil puncak panen akan lebih baik jika tidak ada kendala cuaca seperti penyakit tanaman dan hama. Selama Ramadhan timun suri bisa panen hingga tiga kali atau sampai menjelang Idul Fitri.
"Jika tidak ada hambatan panen bisa sampai lebaran, pohonnya masih sehat dan sekali panen bisa mencapai 500 buah," ungkapnya.
Selama Ramadhan, dirinya bisa memanen hingga tiga kali dan dikalkulasi bisa sekitar 1.500 buah untuk lahan garapannya saja.
"Kalau rata-rata buah 2 kilogram, ya bisa tiga ton dari saya sendiri, penggarap di sini setengahnya tanam timun suri," ungkap Mahmud.
Mahmud menjelaskan bahwa tiga tahun kemarin, panen tidak sesuai harapan karena terkena cendawan, semacam parasit tumbuhan atau jamur.
"Di sini sebutnya cacar, kalau pohon kena penyakit ini bisa busuk, karena sampai menyerang akar, juga ada hama wereng," tuturnya.
Sedangkan untuk mengantisipasi itu, dirinya mengecek satu per satu tanamannya, dan jika ada yang terjangkit langsung dipotong atau dicabut, agar tidak menular ke tanaman lainnya.
"Kalau perawatan, saya biasa pakai pupuk kandang, insektisida dan membersihkan rumput-rumput liar yang tumbuh di sekitar timun suri saja," tuturnya.