PUNYA bini cantik itu bagaikan ninggal bayi di pinggir ranjang. Ini dialami benar oleh Jumali (33) dari Bengkulu. Di kala dia jaga kebunnya tengah malam, “sawah” miliknya di rumah malah digarap lelaki tetangga. Ketika digerebek tetangga, bini Jumali sedang indehoy bersama Badri (30). Keduanya diserahkan ke polisi.
Sertifikasi tanah rakyat secara massal selalu diserukan dan digalakkan oleh Presiden Jokowi. Sebab dengan telah disertifikatkan, status kepemilikan tanah itu menjadi lebih kuat, aman dari penyerobotan. Tapi bagaimana dengan “sawah” dalam tanda petik?
Faktanya, meski sudah disertifikatkan lewat KUA, masih ada saja yang mencoba menyerobot dan berhasil. Banyak kasus perceraian karena penyerobotan “lahan” yang tak seberapa luas itu.
Salah satu korban penyerobotan “sawah” itu adalah Jumali, warga Pino Raya Kabupaten Bengkulu Selatan. Padahal “sawah” itu telah disertifikatkan lewat KUA
beberapa tahun lalu. Ewa segitu masih ada yang menyerobotnya juga. Tapi apa mau
dikata, sebab justru “sawah” itu sendiri yang siap diserobot dengan alasan sudah tidak
cinta lagi pada Jumali suaminya.
Terus terang, Firda (28) menikah dengan Jumali bukan pilihan sendiri, tapi droping dari atas, alias pilihan orang tua. Nilai tambah Jumali hanya ada dua, selain petani kaya juga bertanggung jawab pada keluarga. Bagi orang tua Firda, dua hal itu sudahlah cukup. Soal cinta bisa datang menyusul. Kalau sudah ada anak-anak, bagaimana tak akan mencintai suami selaku penyetromnya.
Tapi tidak buat Firda. Meski sudah ada anak, dia belum sreg menerima Jumali sebagai suami. Dia masih dibayang-bayangi kekasihnya dulu yang terpaksa ditinggalkan karena Firda telah dijadikan “Siti Nurbaya” di era milenial. Secara ekonomi memang berkecukupan. Rumah cukup bagus, mobil juga ada meski hanya Kijang 2004.
Ketika orang pada pusing mencari minyak goreng, Firda punya stok banyak di rumah.
Tapi Firda tak butuh semua itu, dia terus mendambakan sang mantan yang sekarang entah ke mana. Dan celaka 13, tetangga lain RT kok ada lelali yang tampilannya mirip sang mantan. Dampaknya, asal ketemu lelaki itu Firda jantungnya jadi sedut-senut ingat yang mboten-mboten.
Rupanya Badri lelaki tetangga tersebut juga tahu bila sering menjadi trending topik dalam benak Firda. Kebetulan perempuan itu juga cantik, jadi sayang kan jika ada “rezeki” semacam itu kok ditolak. Maka pelan tapi pasti Badri juga mencoba mendekati Firda. Ini kan sama saja orang ngantuk disorong bantal, jadi tidurnya langsung pules.
Karpet merah telah digelar, lampu hijau juga sudah menyala, maka Badri langsung saja masuk..... Pak Eko! Tentu saja saat suami tak di rumah. Karena telah terjadi
nota kesepahaman antara keduanya, tanpa basa-basi lagi langsung eksekusi.
Tapi karena barang colongan, Badri kurang nyaman menjalani debut mesumnya. Maka katanya kemudian, “Lain kali di hotel saja yuk....” Rupanya Badri sudah ketagihan, belum-belum sudah merencakan gelombang keduanya.
Benar saja, eksekusi tahap II dilaksanakan di dalam hotel. Tapi itu belum puas
juga, kapan-kapan ingin mendulang sukses yang ketiga kalinya. Demi pahe alias paket hemat, justru Firda yag menyarankan di rumah saja. Toh tengah malam Jumali sering nginep di lahannya, jaga kebun dari serangan babi hutan.