JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Tak cuma konflik pemicu yang menarik perhatian masyarakat dunia dari perang antara Rusia dengan Ukraina. Invasi besar-besaran itu ternyata memunculkan berbagai peristiwa pilu yang juga menarik untuk disorot.
Seperti yang baru-baru ini diceritakan oleh Duta Besar Ukraina untuk PBB, Sergiy Kyslytsy, tentang kisah pilu seorang tentara Rusia yang mengirim pesan teks kepada ibunya sebelum akhirnya dibunuh oleh pasukan Kiev selama pertempuran.
Melalui tangkapan layar, Diplomat itu membacakan pesan yang dikirim oleh sang tentara Rusia saat sesi khusus darurat Majelis Umum PBB pada Senin lalu.
“Mama, aku tidak lagi di Crimea—aku tidak dalam sesi pelatihan,” bunyi pesan tentara tersebut tanpa disebutkan namanya setelah ibunya bertanya mengapa bertugas cukup lama, sebagaimana diberitakan oleh AFP.
“Mama, aku di Ukraina. Ada perang nyata yang berkecamuk di sini. Aku takut. Kami mengebom semua kota bersama-sama, bahkan menargetkan warga sipil. Kami diberitahu bahwa mereka akan menyambut kami. Mereka jatuh di bawah kendaraan lapis baja kami, melemparkan diri mereka ke bawah kemudi dan tidak membiarkan kami lewat. Mereka menyebut kami fasis. Mama, ini sangat sulit.”
Kyslytsya pun menyamakan Presiden Rusia Vladimir Putin dengan "pria di bunker" yang tewas di Berlin pada Mei 1945.
Selama sesi khusus darurat berlangsung, Rusia membela keputusannya untuk menyerang tetangganya ketika negara demi negara mendesak perdamaian dari podium.
Saat ini, Rusia menghadapi krisis dukungan ketika 193 anggota Majelis Umum PBB mengadakan sesi khusus darurat yang langka ke-11 dalam sejarahnya.
Mereka memperdebatkan resolusi dan mengutuk aksi "agresi bersenjata Moskow yang tidak beralasan" di Ukraina.
Di sela-sela sesi, Washington mengatakan sudah mengenyahkan 12 Diplomat Rusia di PBB dari negara Amerika Serikat atas tuduhan terlibat dalam kegiatan spionase yang merugikan keamanan nasional Amerika.
Di aula Majelis Umum, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres memohon agar pertempuran di Ukraina dihentikan.