Kuncinya Kali Dikeruk

Senin 10 Feb 2020, 08:05 WIB

JAKARTA kelelep lagi. Akibat diguyur hujan deras pada Jumat (7/2/2020) malam hingga Sabtu (8/2/2020) siang, sebagian wilayah Ibukota terendam banjir dengan ketinggian air mencapai 1,5 meter.

Puluhan ribu warga meninggalkan rumah yang kelelep dan mengungsi ke lokasi lebih aman. Bahkan ratusan warga Kampung Kasepatan, RW 05, Kelurahan Rorotan, Jakarta Utara, terpaksa tinggal di kontainer-kontainer.

Selain permukiman warga, jalanan di Jakarta banyak juga yang terendam air bah. Tak kurang dari 23 ruas jalan terendam, sehingga rute-rute tertentu bus Transkarta dialihkan melintas via tol.

Hujan deras belakangan ini  kerap mengguyur Jakarta, karena memang sekarang sedang musim penghujan. Malah ada  kecenderungan setiap Jumat malam hingga Sabtu atau kadang sampai Minggu dinihari  hujan ekstrem mengguyur Jakarta. 

Entah karena lantaran pada menjelang libur dan hari libur tidak ada modifikasi cuaca, sehingga hujan ekstrem dibiarkan lepas atau tidak. Yang jelas setiap Jumat malam hingga Sabtu kecenderungannya selalu hujan deras.

Tidak bermaksud mempersoalkan setiap Jumat malam terjadi hujan ekstrem, karena itu  juga kehendak-Nya. Namun, pemerintah  sebaiknya menggerakkan perangkatnya mengeruk kali. 

Publik dalam jangka pendek atau  saat ini tidak menuntut normalisasi, karena untuk mengerjakan itu membutuhkan waktu yang panjang dan dana besar. Namun, warga minta keruklah kali, waduk,  maupun saluran air yang ada di Ibukota.

Berdasarkan data, di Jakarta ada 13 kali besar dan puluhan kali kecil.  Tiga belas kali besar yakni Kali Ciliwung, Kali Mookervart, Kali Angke, Kali Pesanggrahan, Kali Grogol, Kali Krukut, Kali Baru Barat, Kali Baru Timur, Kali Cipinang, Kali Sunter, Kali Buaran, Kali Jati Kramat, dan Kali Cakung. Kali-kali itu sebagian besar dangkal dan menyempit.

Saat ini bila hujan deras terjadi selama enam  jam saja, warga Jakarta terutama yang tinggal di lokasi rentan banjir pada panik. Mereka sibuk mengangkuti perabotan rumah tangga untuk dipindah ke lokasi yang lebih aman. 

Warga sepertinya lelah, karena bolak-balik rumah dan permukimannya terendam air bah. Padahal sesuai dengan prakiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), musim hujan masih sampai dengan April, dan puncaknya pada  pertengah Februari-Maret.

Mengurangi  banjir, jawaban jangka pendek adalah keruk, keruk, dan keruklah kali, waduk, dan saluran air. Degan gerakan itu, setidaknya air hujan bisa lebih banyak tertampung.  

Berita Terkait

News Update