Nasdem, Belanda Masih Jauh Kok Sudah Mikir Capres 2024

Senin 04 Nov 2019, 08:59 WIB

POLITIK itu memang seperti main catur, saat menggeser bidak, sudah memikirkan 3 langkah ke depan. Partai Nasdem sepertinya juga begitu. Presiden hasil Pilpres 2019 baru saja mulai bekerja, dia sudah mengajak PKS untuk mengelus-elus Anies di Pilpres 2024, padahal Belanda masih jauh. Karena rentang waktu masih begitu panjang, bisa saja meleset di ujungnya. Kenapa Ketum Nasdem Surya Paloh begitu kepincut pada Anies Baswedan? Padahal ibarat mainan, dia sudah dibuang oleh Jokowi. Tapi ketika dipungut Jusuf Kalla dan dipoles begitu rupa, saat “dijual” lagi di Pilgub DKI, laku juga. Dan faktanya, terlepas dari kegagalan dan keberhasilan selama 2 tahun memimpin DKI Jakarta, banyak yang menyebut Anies sebagai gubernur rasa presiden. Begitu kepincutnya Surya Paloh, dia pernah mengatakan bahwa Anies ini baru mengeluarkan kemampuannya 50 persen di Jakarta. Separonya lagi akan ditunjukkan ketika memimpin RI di tahun 2024. Bagi kalangan kampret, pasti akan mengamininya, sementara kecebong justru mencibir. Buat sekarang, mestinya istilah cebong-kampret sudah menguap seiring dengan selesainya Pilpres. Tapi di bulan Juli 2019, istilah itu demikian memanas. Bersamaan dengan  itu Surya Paloh sepertinya kecewa ketika Ketum PDIP Megawati 24 Juli menjamu Prabowo. Nah, permainan catur pun dimulai. Di hari yang sama Surya Paloh “menyeberang” menemui Anies Baswedan. Dia mengisyaratkan bahwa di 2024 kemungkinan akan mengusungnya sebagai Capres Nasdem. Permainan catur Surya Paloh mudah dibaca Megawati, sejak itu dia mulai bersikap dingin dengan mitra koalisinya, sehingga saat pelantikan anggota DPR 1 Oktober lalu Mega pun membuang muka dan malas menyalami Surya Paloh. Meski Ketum Nasdem menolak “tafsir” itu, tapi melihat karakter Mega salama ini, publik justru menilai benar adanya. Kenapa Megawati jadi begitu? Karena mengusung Anies berarti akan jadi pesaing  sang “putra mahkota” Puan Maharani yang akan dijadikan penerus dinasti Soekarno. Tapi meski dalam “bancakan” kekuasaan sudah dapat 3 kursi menteri, Surya Paloh tak juga surut akan niatnya. Dia terus mendekati PKS loyalis Anies Baswedan. Dengan Presiden PKS Sohibul Imam, Surya Paloh nampak berangkulan mesra, sebagai pertanda akan  kompak mengusung gubernur rasa presiden di 2024. Tapi rentang waktu 5 tahun masih begitu panjang, kejadian yang di luar perhitungan bisa saja terjadi. Yang sudah bisa dibaca sekarang, ketika Gubernur Anies Baswedan selesai menjabat Oktober 2022, di tahun itu tak ada Pikada serentak karena baru ada lagi tahun 2024. Nah selama 2 tahun itu Gubernur DKI akan dijabat oleh Plt dari Kemendagri. Selama 2 tahun nganggur, bisa saja Anies Baswedan tenggelam, kehilangan popularitasnya. (gunarso ts)

Berita Terkait

News Update