Oleh S Saiful Rahim DUL Karung baru saja meletakkan bokongnya di bagian bangku yang kosong ketika seseorang yang baru melangkahi ambang pintu masuk warung kopi Mas Wargo berteriak. “Kopi satu, Mas!” katanya pada Mas Wargo yang sedang mengaduk teh untuk Dul Karung. “Ya,” jawab Mas Wargo sambil terus mengaduk. “Satu, ya Mas! Bukan dua,” kata orang itu lagi seraya menekankan kata “satu” dengan lebih tandas. “Saya teh satu. Teman saya ini kopi satu dan teh satu,” pinta orang yang menyusul masuk bertiga. Dia pun menyebutkan kata “satu” dengan tekanan berat. Orang-orang yang ada di dalam warung serta merta mengalihkan pandangan ke arah mereka yang baru masuk itu. “Kami minta kopi susu dua, Mas!” pinta dua orang yang tiba-tiba muncul di pintu masuk warung Mas Wargo. Seperti halnya tamu yang datang lebih dulu, yang baru masuk ini pun memberikan tekanan keras pada jumlah pesanannya. Kalau yang datang lebih dulu menekankan pada kata “satu,” bahkan sampai menegaskan dengan kata “bukan dua,” yang datang belakangan justru sebaliknya. Dia memberi tekanan pada kata “dua!” Pelanggan yang telah datang terlebih dulu daripada kedua kelompok yang saling menekankan angka “satu” dan “dua” pun jadi saling mengulum senyum. Bahkan di antara mereka ada yang langsung berkata: “kampanye nih, ye?” Lalu disambut dengan gemuruh suara tawa tak tertahan dari hadirin lain. “Itu petanda bangsa kita ini memiliki kesadaran politik yang tinggi. Tidak ada satu pun hal yang tidak dikaitkan dengan politik. Sehingga ketika belanja di toko atau di warung pun pada saat “demam politik” seperti sekarang bisa jadi rikuh. Menunjuk dengan satu atau dua jari bisa dituduh kampanye. Dengan tiga jari, apalagi lebih, bisa membuat penjual bingung, mana yang dipilih. Dengan kepalan, malah bisa masuk bui atau rumah sakit karena berkelahi,” komentar entah siapa dan duduknya di sebelah mana. “Karena itu di Jakarta dan kota-kota besar lain udaranya terasa memanas. Padahal, walau sesekali, hujan masih turun,” tanggap orang yang duduk tepat di kiri Dul Karung. “Ah, itu sih bukan gara-gara kampanye, tetapi memang udara Jakarta paling buruk se Asia Tenggara. Menurut laporan mutu udara dunia tahun lalu dari IQAir, konsentrasi rata-rata tahunan PM 2,5 tahun 2018 di Jakarta amatlah buruk. Jakarta Selatan 42,2 mikrogram permeter kubik ( ug/m3 ) dan Jakarta Pusat 37,5 ug/m3. Itu berarti empat kali di atas batas aman tahunan menurut standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO ) yakni 10 ug/m3” “Wah, aku pusing mendengarkan omonganmu, Dul. PM itu apa?” potong orang yang duduk di ujung kanan bangku panjang. “Urusan begitu jangan tanya Dul Karunglah. Anggap saja PM itu adalah “pengen menang” alias “ingin menang.” Kan sekarang kampanye jadi ramai gara-gara capres, cawapres, dan caleg ingin menang,” jawab orang yang duduk di ujung kiri bangku panjang seenaknya. “Kalau u.g apa dong? Tadi kan Si Dul nyebut-nyebut u.g ketika menyebut ukuran mutu udara di Jakarta paling buruk se Asia Tenggara?” tanya orang yang duduk di depan Mas Wargo. “U.g saja kalian tidak tahu?! Itu tu yang ada di depan kalian dan masih kebul-kebul. Ubi Goreng!” kata Dul Karung seraya meninggalkan warung. (*** )
Udara Terus Memanas
Sabtu 16 Mar 2019, 05:37 WIB

Editor
[email protected] Follow Poskota
Cek berita dan informasi menarik lainnya di Google News sekaligus ikuti WhatsApp Channel POSKOTA untuk update artikel pilihan dan breaking news setiap hari.
News Update
HIBURAN
Kumpulan Pantun Aura Kasih Muncul di Permohonan Maaf Ridwan Kamil, Netizen: Aura Kasih, Lisa Mariana, Terimakasih Sadayana
23 Des 2025, 22:39 WIB
GAYA HIDUP
7 Wisata Malam di Bandung yang Selalu Ramai Saat Nataru, Cocok untuk Keluarga dan Anak Muda
23 Des 2025, 22:14 WIB
TEKNO
Bocoran Spesifikasi iQOO Z11 Turbo: Pakai Chipset Snapdragon 8 Gen 5 dan Baterai 7.600 mAh
23 Des 2025, 22:00 WIB
Nasional
Tiga Dapur SPPG Naungan PPUMI Diresmikan, Pemberdayaan Masyarakat Akan Masif
23 Des 2025, 21:49 WIB
JAKARTA RAYA
PAM Jaya Siapkan WTP Mobile dan Mobil Tangki Air untuk Korban Bencana Sumatra
23 Des 2025, 21:38 WIB
TEKNO
Cuma Rp2 Jutaan, Oppo A6 Hadirkan 8 Fitur Next Level yang Bikin HP Entry-Level Terasa Premium
23 Des 2025, 21:30 WIB
JAKARTA RAYA
Tolak Uang Ganti Rugi Proyek Tol Semanan-Sunter, Warga Duri Pulo Jakpus Siap Menggugat
23 Des 2025, 21:14 WIB
HIBURAN
Kontroversi Tak Berujung Bonnie Blue: Pernah Bermasalah di Bali Kini Berulah Kembali di London
23 Des 2025, 21:00 WIB
JAKARTA RAYA
Pemprov Jakarta Kirim 27 Ton Bantuan ke Wilayah Terdampak Bencana Sumatra
23 Des 2025, 20:35 WIB
EKONOMI
Harga Bisa Tembus Puluhan Juta, 5 Koin Rupiah Kuno Paling Diburu Kolektor di 2026
23 Des 2025, 20:00 WIB
JAKARTA RAYA
Sejumlah Sekolah di Depok Dapat Ancaman Bom, Polisi Pastikan Enam Lokasi Aman dari Bom
23 Des 2025, 19:59 WIB
HIBURAN
Pengakuan Ridwan Kamil soal Perceraian dengan Atalia: Akui Kesalahan dan Minta Maaf
23 Des 2025, 19:37 WIB
OTOMOTIF
Yamaha Aerox-e Resmi Hadir di India, YIMM Tegaskan Belum Masuk Indonesia
23 Des 2025, 19:31 WIB
JAKARTA RAYA
Hadiri Kongres Luar Biasa FKMB 2025, Foke Tegaskan Mahasiswa Betawi Berperan dalam Pelestarian Budaya
23 Des 2025, 19:23 WIB
JAKARTA RAYA
Pesta Kembang Api di Jakbar Ditiadakan, Wali Kota Inisiasi Penggalangan Dana untuk Korban Bencana Sumatra
23 Des 2025, 19:17 WIB