JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Pabrikan otomotif asal China, Jetour Indonesia, menaruh harapan pada kebijakan pemerintah terkait insentif industri otomotif pada 2026.
Langkah tersebut dinilai krusial untuk mendorong pemulihan pasar mobil nasional yang hingga akhir 2025 masih berada dalam tren perlambatan.
Marketing Director PT Jetour Sales Indonesia, Moch Ranggy Radiansyah, menyebut insentif yang langsung menyasar konsumen diyakini mampu memberikan dampak cepat terhadap penjualan, khususnya di tengah kondisi daya beli masyarakat yang belum sepenuhnya pulih.
“Ya, pasti kalau insentif yang dampaknya langsung ke konsumen, itu akan ada impak juga ke penjualan secara langsung, tapi secara umum Jetour mendukung gerakan pemerintah terutama yang terkait industri,” ujar Ranggy dalam keterangan resminya.
Baca Juga: Penjualan Mobil Lesu, Yamaha Soroti Peluang Peralihan ke Motor
Pernyataan tersebut disampaikan di tengah keputusan pemerintah yang memastikan tidak akan melanjutkan program insentif kendaraan listrik pada 2026.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, sebelumnya mengungkapkan bahwa anggaran insentif tersebut akan dialihkan untuk mendukung pengembangan program mobil nasional.
Insentif yang dihentikan mencakup pembebasan bea masuk kendaraan listrik impor utuh atau completely built up (CBU), yang sebelumnya diturunkan dari tarif normal 50 persen menjadi nol persen.
Menanggapi wacana mobil nasional, Ranggy menyatakan pihaknya masih terus memantau arah kebijakan pemerintah serta potensi dampaknya terhadap pasar otomotif.
Baca Juga: Jejak BYD Diikuti Changan, Thailand Muncul sebagai Pusat Ekspor Mobil China
Jetour, kata dia, masih melakukan kajian internal sambil menunggu kejelasan regulasi yang akan diterapkan.
