“Misalnya yang petasan agak gede Rp30 ribu, untung saya cuma Rp5 ribu. Makanya kalau nggak ada perayaan, kami benar-benar kerasa dampaknya,” ungkapnya.
Hal serupa dirasakan Yudi, 33 tahun, pedagang kembang api musiman di Pasar Gembrong. Tahun ini, ia baru membuka lapak selama dua hari dan mengaku penjualan masih sepi.
“Kalau sekarang mah masih ngurangin. Belum ada penglaris sama sekali,” kata Yudi.
Yudi mengatakan, pada tahun-tahun sebelumnya, omzet penjualan pada malam tahun baru bisa menembus Rp5 juta. Dengan modal Rp15 juta hingga Rp20 juta, ia mengaku khawatir jika penjualan tidak sesuai harapan.
“Kalau sepi, paling stok disimpan buat tahun depan,” ujarnya.
Ia juga menyebut banyak pembeli yang urung membeli kembang api setelah mendengar adanya imbauan pemerintah.
“Katanya ada kebijakan nggak boleh nyalain kembang api. Jadi pada mundur,” katanya.
Baca Juga: Taman Safari Hadirkan Wisata Malam saat Libur Nataru
Meski terdampak, Yudi mengaku tetap menghormati keputusan pemerintah.
“Empati mah empati. Cuma kalau dari kami pedagang, ya pasti kerasa. Modalnya kan besar,” katanya.
Sebelumnya, Gubernur Jakarta Pramono Anung menyatakan perayaan malam Tahun Baru 2026 digelar secara sederhana tanpa kembang api. Pemprov DKI Jakarta akan mengeluarkan surat edaran pelarangan kembang api untuk kegiatan yang memerlukan perizinan.
“Kami meminta untuk tidak ada kembang api dan kami akan mengeluarkan surat edaran untuk hal tersebut,” ucap Pramono.
