“Jika sumber daya itu digunakan untuk membantu masyarakat miskin atau korban bencana nyata, dampaknya akan jauh lebih terasa,” tulis salah satu komentar populer di media sosial.
Baca Juga: Rekomendasi Hp Layar AMOLED Harga Cuman Rp2 Jutaan Terbaik 2025
Dalam video terbarunya, Ebo Noah menyampaikan pesan singkat namun penuh keyakinan. “Tuhan telah memberi kita waktu,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa proyek bahtera kini akan diperluas agar dapat menampung siapa pun yang ingin diselamatkan. Pernyataan tersebut kembali memicu perdebatan luas, mulai dari respons humor, kritik tajam, hingga kekhawatiran serius tentang dampak psikologis dan sosial dari klaim apokaliptik di era digital.
Terlepas dari kebenaran klaimnya, kisah Ebo Noah mencerminkan keresahan global yang lebih luas. Di tengah ketidakpastian iklim, konflik geopolitik, dan krisis kemanusiaan, narasi tentang akhir zaman kerap menemukan momentumnya.
Bagi sebagian orang, nubuat semacam ini menjadi simbol ketakutan. Bagi yang lain, ia menawarkan harapan akan keselamatan dan makna spiritual.
Hingga kini, tidak ada indikasi ilmiah bahwa dunia akan menghadapi bencana global seperti yang diklaim Ebo Noah. Pernyataan tentang penundaan kiamat justru menambah daftar panjang klaim apokaliptik yang gagal terwujud.
Meski demikian, kisah ini menjadi pengingat penting tentang kekuatan media sosial dalam membentuk opini, sekaligus tanggung jawab bersama untuk memilah antara keyakinan, fakta, dan fiksi.
