Tanpa Insentif Rp7 Juta, Pasar Motor Listrik 2025 Terjun Bebas

Rabu 24 Des 2025, 15:54 WIB
Ilustrasi penjualan motor listrik di tahun 2025 turun drastis akibat tidak adanya insentif Rp7 juta. (Sumber: Poskota/ Erwan Hartawan)

Ilustrasi penjualan motor listrik di tahun 2025 turun drastis akibat tidak adanya insentif Rp7 juta. (Sumber: Poskota/ Erwan Hartawan)

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID – Penjualan sepeda motor listrik di Indonesia sepanjang 2025 mengalami penurunan tajam.

Anjloknya angka penjualan ini disinyalir kuat akibat belum adanya kepastian lanjutan insentif pemerintah berupa subsidi Rp7 juta seperti yang diberlakukan pada tahun-tahun sebelumnya.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Sepeda Motor Listrik Indonesia (AISMOLI), Hanggoro Ananta, menyebut hilangnya insentif menjadi faktor utama yang membuat pasar motor listrik melemah drastis.

“Dua tahun lalu insentif pembelian kendaraan bermotor listrik roda dua sebesar Rp7 juta dikeluarkan. Ini memang memberikan dampak sangat positif terhadap penjualan kita ya, khususnya di teman-teman AISMOLI,” ujar Hanggoro dalam Diskusi Publik Insentif Kendaraan Listrik.

Baca Juga: Lalu Lintas Padat, Ini Etika Mengerem Motor yang Perlu Dipahami

Berdasarkan berbagai sumber, performa penjualan motor listrik di Indonesia sempat menunjukkan tren positif pada 2023 dan 2024.

Pada 2023, penjualan tercatat menembus lebih dari 40 ribu unit, lalu meningkat signifikan pada 2024 hingga melampaui 60 ribu unit.

Namun kondisi tersebut berbalik pada 2025. Tanpa adanya insentif, penjualan motor listrik merosot tajam dan hanya berada di kisaran belasan ribu unit.

Penurunan ini setara dengan kontraksi sekitar 60 hingga 70 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Baca Juga: Ekspor BYD Berpeluang Tembus 1 Juta Unit hingga Akhir 2025

“Pada 2025 tak ada insentif, penjualan turun cukup dalam 60 persen hingga 70 persen. Jika melihat penetrasinya, persentase penjualan motor listrik terhadap motor bensin itu 1,2-1,3 persen. Setelah tak ada insentif, drop hingga 0,7-0,8 persen,” lanjut Hanggoro.

Meski demikian, sebagian produsen motor listrik mencoba bertahan dengan berbagai strategi bisnis agar harga jual tetap kompetitif.

Salah satu pendekatan yang mulai banyak digunakan adalah skema sewa baterai atau battery as a service.

Skema tersebut memungkinkan harga on the road (OTR) motor listrik ditekan karena konsumen tidak perlu langsung membeli baterai.

Baca Juga: Pajero Terbaru Tertangkap Uji Jalan, Mitsubishi Isyaratkan Comeback Global

Model bisnis ini dinilai cukup efektif untuk menjaga minat pasar di tengah ketidakpastian kebijakan subsidi.

“Banyak anggota kita yang mencoba untuk melakukan pendekatan-pendekatan secara bisnis, melakukan sebuah formulasi, akhirnya harga produk bisa ditekan. Salah satunya dengan cara mekanisme battery as a service atau baterai sewa gitu ya. Dan ini juga cukup mendongkrak dari sisi sales-nya,” jelas Hanggoro.

Meski berbagai strategi telah dijalankan, pelaku industri berharap pemerintah segera memberikan kepastian terkait kelanjutan insentif.

Kejelasan kebijakan dinilai krusial untuk mengembalikan kepercayaan konsumen sekaligus menjaga keberlangsungan industri motor listrik nasional.


Berita Terkait


News Update