JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru), harga sejumlah bahan pangan di Pasar Senen, Jakarta Pusat, kembali mengalami pergerakan.
Berdasarkan pantauan Poskota, harga bawang relatif stabil dan cabai berfluktuasi tajam. Namun, kondisi berbeda justru terjadi pada komoditas lainnya, yakni ayam dan telur.
Pedagang menyebut, harga ayam sudah melonjak tinggi sejak beberapa bulan lalu, sementara telur mengalami kenaikan tipis menjelang hari besar.
Salah satu pedagang ayam di Pasar Senen Blok 3, Ferdi (41) mengungkapkan bahwa harga ayam potong saat ini mengalami kenaikan signifikan dan sudah terjadi sejak Agustus 2025.
Baca Juga: Harga Bawang Stabil, Cabai di Pasar Senen Tembus Rp70 Ribu Jelang Nataru
Menurutnya, kenaikan harga ayam tidak hanya dipicu oleh momentum Nataru, tetapi juga akibat pasokan ayam yang terbatas.
“Naik banyak banget, sudah dari bulan Agustus. Dari Agustus sampai sekarang itu kurang lebih naik Rp15.000,” ujar Ferdi saat ditemui Senin, 22 Desember 2025.
Ferdi menerangkan, harga ayam yang sebelumnya berada di kisaran Rp30.000 per kilogram kini sudah menembus Rp45.000 per kilogram. Ia menilai faktor Natal dan Tahun Baru tetap memberi pengaruh terhadap harga, namun bukan menjadi penyebab utama lonjakan tersebut.
“Nataru pasti ada lah pengaruhnya, enggak mungkin enggak. Tapi yang paling utama karena ayamnya kosong,” ucap Ferdi.
Baca Juga: Viral Pesawat Tergelincir di Bandara Soekarno-Hatta, Polisi Sebut Hanya Kendala Teknis
Pasokan ayam yang dijual berasal dari Cianjur, Jawa Barat. Keterbatasan pasokan dari daerah pemasok membuat harga sulit turun dan cenderung bertahan tinggi, sehingga berdampak langsung pada daya beli masyarakat.
“Penjualan turun banget. Turun jauh. Keadaan ekonomi kan tidak baik-baik saja,” ucapnya.
Ia mengatakan, lonjakan harga membuat omzet penjualan ayam turun sekitar 20-30 persen dibandingkan kondisi normal, meski harga per kilogram naik namun volume penjualan justru merosot tajam.
“Penurunan omzetnya 20 sampai 30 persen. Harganya sudah terlalu tinggi,” ungkap Ferdi.
Baca Juga: Dijadikan Tempat Pengoplosan Elpiji, Kontrakan di Bogor Digerebek
Terkait langkah antisipasi dari pemerintah daerah, Ferdi mengaku belum merasakan adanya intervensi yang signifikan untuk menekan harga ayam di pasaran.
“Tidak ada apa-apa. Enggak ada lah. Emang Pemda bisa ngapain? Wakil Presiden sudah kemari juga nggak ada apa-apa, enggak ngaruh,” keluhnya.
Sementara itu, kondisi relatif berbeda terjadi pada komoditas telur. Roni (43), pedagang telur di Pasar Senen mengatakan bahwa harga telur menjelang Nataru memang mengalami kenaikan, namun masih tergolong ringan dan stabil.
“Naik paling di angka Rp1.000. Naik turunnya juga Rp1.000,” ujar Roni.

Dia menjelaskan, harga telur ayam ras saat ini berada di kisaran Rp30.000 hingga Rp31.000 per kilogram, naik dari harga sebelumnya yang berada di angka Rp28.000 hingga Rp29.000 per kilogram.
Menurutnya, kenaikan ini sudah mulai terasa sejak sekitar dua minggu terakhir dan lazim terjadi menjelang hari-hari besar.
“Kayaknya faktor Nataru. Biasanya setiap hari besar itu selalu naik,” katanya.
Roni menambahkan, harga telur juga dipengaruhi oleh asal distribusi. Telur dari Jawa, Bogor, dan Sumatra memiliki perbedaan harga, meskipun ukuran telur relatif sama. Perbedaan harga biasanya terlihat dari warna dan kualitas kulit telur.
“Ada yang krem, ada yang cokelat. Kalau yang bersih-bersih biasanya lebih mahal. Kalau krem, ayam tua, itu lebih murah,” kata Roni.
Ia mencontohkan, telur dengan kualitas baik bisa dijual di harga Rp30.000 per kilogram, sementara telur kualitas lebih rendah bisa berada di kisaran Rp26.000 per kilogram, dengan selisih harga yang cukup terasa.
Dari sisi penjualan, Roni menyebut permintaan telur cenderung meningkat saat hari besar keagamaan. Namun menjelang Nataru kali ini, omzet penjualan masih terbilang fluktuatif.
“Kalau ramai bisa Rp20 juta, Rp15 juta per hari. Sekarang nggak stabil, kadang Rp17 juta, kadang Rp15 juta. Kalau lagi ramai bisa Rp20 juta,” ungkapnya.
Selain telur ayam, Roni juga menjual telur asin dan telur puyuh. Ia menyebut, harga telur asin relatif stabil, yakni Rp4.000 per butir untuk telur asin matang dan Rp3.500 per butir untuk telur asin mentah. Sementara itu, telur puyuh justru mengalami kenaikan cukup terasa.
“Telur puyuh per kilo Rp40.000. Naiknya hampir Rp5.000, dari Rp35.000 langsung ke Rp40.000,” katanya. (cr-4)
