Langkah menonaktifkan komentar kerap diambil figur publik saat menghadapi tekanan opini publik atau serangan komentar negatif.
Namun dalam konteks isu ini, keputusan tersebut justru ditafsirkan beragam oleh warganet, mulai dari upaya menjaga kesehatan mental hingga dugaan menghindari klarifikasi publik.
Baca Juga: Tiang Listrik di Bogor Roboh Sebabkan Dua Orang Terluka, Akses Jalan Sempat Tertutup
Jejak Politik yang Kembali Diungkit
Isu ini juga menyeret kembali fakta lama terkait rencana pencalonan Aura Kasih sebagai anggota legislatif pada Pemilu 2024. Sebelumnya, Aura Kasih sempat dikabarkan direkomendasikan oleh Ridwan Kamil untuk maju sebagai calon anggota DPR, meski rencana tersebut akhirnya tidak terealisasi.
Keterkaitan ini kemudian dihubungkan oleh warganet dengan rumor yang berkembang saat ini. Padahal, hingga kini tidak ada bukti resmi maupun pernyataan valid yang mengonfirmasi adanya hubungan personal di luar konteks profesional atau politik antara keduanya.
Fenomena ini mencerminkan bagaimana ruang digital dapat menjadi arena penghakiman massal. Aura Kasih, sebagai figur publik, berada dalam posisi yang sulit. Di satu sisi, publik menuntut transparansi. Di sisi lain, tidak semua rumor layak ditanggapi secara terbuka, terlebih jika menyangkut kehidupan pribadi dan belum terbukti kebenarannya.
Tekanan emosional akibat rumor semacam ini tidak bisa dianggap sepele. Banyak figur publik memilih menarik diri sementara dari interaksi digital demi menjaga kesehatan mental dan privasi keluarga.
Penutupan kolom komentar sering kali menjadi bentuk perlindungan diri dari gelombang ujaran spekulatif dan potensi perundungan daring.
Hingga berita ini diturunkan, Aura Kasih belum memberikan pernyataan resmi terkait rumor yang beredar. Begitu pula dengan pihak Ridwan Kamil maupun Atalia Praratya yang masih membatasi komunikasi publik terkait proses perceraian mereka.
