JAKARTA,POSKOTA.CO.ID - Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta menjelaskan kondisi operasional Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang yang belakangan berada dalam tekanan berat akibat cuaca ekstrem.
Curah hujan tinggi memengaruhi kelancaran pembuangan sampah dan ritme kerja para pengemudi serta petugas di lapangan.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta, Asep Kuswanto menyampaikan, saat kondisi normal waktu tunggu truk sampah di TPST Bantargebang berkisar tiga jam.
Namun beberapa hari terakhir antrean meningkat tajam hingga enam sampai delapan jam.
“Setiap kali hujan deras, pembuangan harus kami hentikan sementara demi keselamatan pekerja. Kondisi landfill yang semakin meninggi menyimpan risiko yang tidak bisa kami abaikan,” ucap Asep kepada awak media, Selasa, 9 Desember 2025.
Baca Juga: Tangani Longsor di TPST Bantargebang, Pemkot Bekasi Koordinasi dengan DKI dan Jabar
Setelah hujan mereda, Asep mengatakan bahwa petugas membutuhkan waktu tambahan untuk menata kembali area landfill sebelum pelayanan dibuka secara bertahap.
Kondisi ini, dikatakan Asep, secara otomatis memperpanjang waktu tunggu dan menambah beban kerja para pengemudi.
"Tekanan operasional juga meningkat akibat genangan air pada jalur menuju titik buang," ujar Asep.
Asep menyebut, genangan itu dipicu oleh longsoran di TPA Sumur Batu milik Pemkot Bekasi yang menutup aliran Kali Asem, sehingga air tertahan dan mengganggu mobilitas truk sampah.
“Kondisi-kondisi inilah yang membuat antrean truk memanjang dalam beberapa hari terakhir,” kata Asep.
Untuk merespons situasi tersebut, Asep menegaskan, pihaknya melakukan langkah cepat di lapangan, di antaranya membuka dua titik buang tambahan sehingga lima titik buang dapat beroperasi paralel.
"Pengaturan ulang jam keberangkatan truk dari tiap wilayah juga diberlakukan guna memperbaiki pola pengangkutan dan mengurangi penumpukan antrian pada jam-jam tertentu," ungkap Asep.
Baca Juga: TPST Bantargebang Longsor, Satu Pekerja Terluka dan Timbun Mobil Pengangkut
Sebagai bagian dari pembenahan jangka panjang, Asep mengungkapkan, DLH akan menerapkan pembagian jadwal pengiriman truk sampah dari tiap wilayah menuju TPST Bantargebang.
“Dengan penjadwalan yang lebih teratur, arus kendaraan bisa dikendalikan dan waktu antre menjadi lebih efisien,” ujarnya.
Kendati demikian, dia menyatakan, langkah-langkah situasional tidaklah cukup.
Pemprov DKI memastikan akan melakukan penataan menyeluruh terhadap pola pembuangan dan operasional TPST Bantargebang—mulai dari manajemen antrean, pengaturan ritase, peningkatan fasilitas pendukung, hingga penguatan standar keselamatan dan kesehatan kerja bagi pengemudi truk sampah.
“Peristiwa ini mengingatkan kita bahwa operasional harus dikelola secara sistemik dan terintegrasi,” katanya.
Lantas, Asep mengajak masyarakat untuk ikut meringankan beban sistem pengangkutan dengan mengurangi sampah dari sumber.
"Warga diimbau melakukan pemilahan sampah rumah tangga, mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, dan meningkatkan praktik daur ulang di lingkungan masing-masing," ucap dia.
Selain itu, ia menekankan, pentingnya dukungan publik terhadap pengoperasian fasilitas RDF Rorotan sebagai bagian dari strategi pembenahan pengelolaan sampah Jakarta secara menyeluruh.
“Pengelolaan sampah adalah tanggung jawab bersama. Dengan mengurangi sampah dari sumber dan mengoptimalkan RDF Rorotan, beban pengolahan tidak hanya bertumpu di TPST Bantargebang saja. Sistem bisa berjalan lebih aman, berkelanjutan, dan manusiawi,” kata Asep. (cr-4)
