"Namun, tepat di Tugu Langsa air itu sudah setinggi dada, bahkan semuanya sudah terjebak. Kami berusaha menyelamatkan diri dan mengungsi di Masjid Aceh Darusallam Tamiang selama 7 hari," bebernya.
"Karena waktu itu kami lari ke masjid untuk mengungsi, karena air sudah semakin tinggi. Ada gempa juga tiga kali, kerasa banget getarannya," sambungnya.
Ia juga menceritakan, selama 7 hari terjebak banjir bandang di Masjid yang menjadi tempat berlindung mereka. Untuk bisa bertahan hidup, mereka memakan makanan perbekalan.
Karena lanjut dia, selama itu tidak bantuan dan bahkan kendaraan roda empat pun sudah tenggelam.
"Kami 7 hari mengungsi di Masjid, selama itu tidak ada bantuan, bahkan mobil juga di bawah sudah tenggelam." tuturnya.
"Kami di situ bertahan seadaanya, makan minum juga sangat langka. Sebisa-bisanya saja kita di sana. Pokonya kami menyaksikan langsung bagaimana kejadian itu di sana (Aceh-red)," sambungnya.
Rinda mengaku, di tempat pengungsian di Masjid tersebut, ia tidka hanya dengan ketia teman kerjanya saja. Melainkan kata dia, jumlah warga yang ngungsi di masjid itu ada sekitar 400 orang.
"Banyakan yang ngungsi bareng kami di sana, kebetulan Masjid itu tinggi juga," bebernya.
Rinda mengaku, hanya bisa pasrah ketika berada di pengungsian dan tidak menyangka bisa selamat sampai rumah.
"Iya kamj pasrah semaunya. Karena waktu itu kami merasa kaya berada di atas lautan," tandasnya.
Rinda menjelaskan, keberangkatan dirinya bersama sejumlah temannya itu tujuan ke Aceh lantaran ada keperluan pekerjaan.
