Jakarta Kota Terpadat Dunia, Pengamat Sosial Soroti Tata Ruang Tidak Tertata

Rabu 26 Nov 2025, 19:29 WIB
Ilustrasi masyarkat Jakarta. (Sumber: Poskota/Bilal Nugraha Ginanjar)

Ilustrasi masyarkat Jakarta. (Sumber: Poskota/Bilal Nugraha Ginanjar)

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Pengamat Sosial dari Universitas Indonesia (UI), Rissalwan Habdy Lubis menyatakan, tata ruang Jakarta tidak tertata.

Berdasarkan laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Jakarta tercatat sebagai kota terpadat dengan jumlah penduduk terbesar di dunia sebanyak 42 juta jiwa.

“Kalau bicara jumlah orang, banyak kota besar lain juga padat. Tapi kalau tertata, kepadatannya tidak terlalu terlihat. Pola perumahan dan transportasi menentukan bagaimana kepadatan itu dirasakan,” kata Rissalwan kepada Poskota, Rabu, 26 November 2025.

Rissalwan menyoroti kepadatan terlihat dari ketidakteraturan tata ruang kota. Banyak permukiman lama bercampur dengan fasilitas komersial tanpa perencanaan matang.

Baca Juga: Jakarta Kota Terpadat di Dunia, Legislator Minta Pemerintah Proaktif

Ia mencontohkan kawasan Johar dan Tanah Tinggi di Jakarta Utara, serta Kramat Pela di Jakarta Pusat, permukiman tua dengan tata ruang tidak rapi.

Sementara itu, Langkah yang bisa diambil pemerintah untuk menata kepadatan, adalah konsolidasi tanah. Langkah itu bertujuan memastikan setiap bentangan tanah memiliki fasilitas sosial dan umum memadai.

Di perkotaan, pendekatan ini dilakukan secara vertikal, yakni pengubahan lahan menjadi rumah susun (rusun) agar pemanfaatan ruang lebih efisien.

“Dengan peralihan dari tanah horizontal menjadi rusun, perbedaan perilaku warga terlihat lebih tertata, terutama dalam hal sanitasi dan pengelolaan sampah,” ucapnya.

Baca Juga: Harga Tiket Konser NCT WISH Jakarta 2026 Resmi Diumumkan, Termurah Rp1 Jutaan

Meski kumuh, rumah susun (rusun) di Cilincing, Jakarta Utara, menunjukkan perbedaan signifikan daripada pemukiman horizontal.

Kepadatan yang tertata tidak akan menimbulkan masalah signifikan, karena pergerakan orang dan distribusi ruang diatur dengan baik.

“Kalau rapi, walaupun padat, tidak macet, tidak belok-belok, tidak menjadi masalah,” katanya.

Dampak paling terlihat dari kepadatan tidak tertata, adalah meningkatnya angka kemiskinan, tingkat stres masyarakat, kemacetan, gangguan aktivitas sehari-hari, hingga potensi kriminalitas yang lebih tinggi akibat kerumunan (crowd).

"Jadi, itu konsekuensi yang paling terlihat. Dan tentunya juga akan, dalam konteks makro, pergerakan yang melambat itu ya akan membuat produktivitas orang akan turun, karena ada tadi ketakutan, kekhawatiran, dan sebagainya," tutur dia. (cr-4)


Berita Terkait


News Update