Pengamat Sebut Kasus Ledakan di SMAN 72 Jakarta Bukan Terorisme: Ada Problem Psikologis

Sabtu 08 Nov 2025, 16:35 WIB
Kondisi masjid tempat ledakan pertama di SMA Negeri 72, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Jumat, 7 November 2025. (Sumber: Istimewa)

Kondisi masjid tempat ledakan pertama di SMA Negeri 72, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Jumat, 7 November 2025. (Sumber: Istimewa)

KELAPA GADING, POSKOTA.CO.ID - Pengamat Terorisme, Al Chaidar, menyampaikan pandangannya terhadap kasus ledakan yang terjadi di SMAN 72 Kelapa Gading, Jakarta Utara yang melukai puluhan orang.

Kasus ledakan ini diduga dilakukan siswa di sekolah itu yang diduga sakit hati karena kerap menjadi korban bullying di sekolah.

"Ya sebenarnya ledakan itu secara formal sudah bisa dikategorikan sebagai terorisme, tapi melihat kasus ini secara sangat seksama, ini sebenarnya enggak bisa kita kategorikan sebagai kasus terorisme," kata Chaidar dihubungi Poskota, Sabtu, 8 November 2025.

"Karena kelihatannya tekanan personal terhadap pelaku itu kelihatannya lebih besar sehingga dia mencoba mengekspresikan rasa pembalasannya itu lewat cara-cara yang seperti itu," ujarnya.

Baca Juga: Dugaan Motif Balas Dendam Pasca Ledakan di SMAN 72 Jakarta, Pelaku Siswa Sering Dibully?

Chaidar menyampaikan bahwa dalam kasus ini ledakan yang terjadi sebelum salat Jumat itu, dirinya sejauh ini tidak melihat adanya indikasi terorisme di lingkungan sekolah tersebut.

"Saya pelajari, saya coba cek dari tadi malam, kemungkinan-kemungkinan dia (terduga pelaku siswa) berkomunikasi secara online tidak ada, jadi tidak juga mengalami radikalisasi online," ungkapnya.

Menurut Chaidar, kasus ledakan yang terjadi di SMA Negeri 72 itu murni karena rasa sakit hati siswa yang merupakan terduga pelaku, yang disebut menjadi korban bullying.

Ia memastikan bahwa dalam kasus ledakan yang terjadi pada Jumat, 7 November 2025 siang itu, tidak berkaitan dengan adanya jaringan terorisme.

"Jadi ini namanya psikosomatik error namanya. Jadi dalam terorisme itu kita harus membedakan antara ini apakah serangan teror yang punya muatan ideologis dan politik didalamnya atau ini sebuah serangan psikosomatik ya, ada problem psikologis yang dialami oleh pelaku," jelasnya.

"Nah kalau itu problem psikologis yang tidak ada hubungannya dengan ideologi dan politik, nah itu bukan terorisme," tambah Chaidar.

Terduga Pelaku Korban Bullying di Sekolah

Seorang siswa yang sekaligus saksi kasus ledakan di Masjid SMA Negeri 72 di Kelapa Gading, Jakarta Utara, ZA, mengungkap ledakan yang terjadi ketika akan salat Jumat itu.

Siswa kelas 11 itu mengungkapkan bahwa pelaku pengeboman yang disebut siswa kelas 12 berinisial FA itu, ingin membalas dendam kepada orang yang membullynya.

"Kronologi dari saya sih, awalnya tuh si korban itu korban (terduga pelaku) dibully gitu di sekolah. Dia selalu sendiri kemana-mana. Terus dia pake jas putih, ya gitu lah," kata ZA kepada wartawan di lokasi kejadian, Jumat, 7 November 2025.

"Terus katanya dia punya lah kayak pengen balas dendam ke korban-korbannya. Kayak pengen pembully tapi malah ke semuanya. Nah, katanya dia tuh ngerakit bomnya sendiri," tambahnya.

Berdasarkan informasi yang ZA dapat, terduga pelaku itu telah menempelkan bom rakitan dari kaleng bekas yang terdapat sumbu ke tiga titik di lokasi kejadian ledakan.

"Pertama tuh katanya di mushola. Terus yang kedua tuh di kantin. Yang ketiga tuh kayak di tempat-tempat duduk-duduk anak-anak lah," ucap dia.

Secara pribadi, ZA tidak terlalu mengenali kakak kelasnya yang diduga menjadi korban bully hingga berniat membalas dendam dengan menebar teror dari bom rakitan itu.

"Pelaku kelas 12. Soalnya dia (pelaku) jarang keliatan," ucap dia.

"Katanya dia selalu dibully mulu lah sampe mentalnya gak kuat gitu-gitu," tambah ZA.

Baca Juga: Usai Ledakan di SMAN 72 Jakarta, Disdik DKI Wajibkan Deteksi Dini Gangguan Keamanan Sekolah

ZA sendiri mendapatkan informasi terduga pelaku kerap di-bully dari teman-teman di sekolah.

Adapun, saat ledakan terjadi, ia mengaku mendengar sebanyak tiga kali ledakan yang bersumber dari lokasi yang berbeda-beda. Beruntung ZA tidak mengalami luka saat insiden ledakan terjadi.

"Pertama, saya pas di mushola itu sekali. Pas saya lari-lari, pada lari-lari mencar gitu. Ada yang kedua, terus yang kedua, ketiga, beda-beda," ungkapnya.


Berita Terkait


News Update