Meski terdengar menjanjikan, ada kemungkinan bahwa ponsel dengan baterai super besar ini tidak akan hadir di pasar global.
Xiaomi memiliki pola tertentu di mana versi internasional dari produk berkapasitas besar sering mengalami penyesuaian daya untuk memenuhi regulasi di berbagai negara.
Biasanya, kapasitas baterai dikurangi untuk memenuhi standar keselamatan dan efisiensi energi, terutama di kawasan Eropa. Selain itu, faktor desain dan berat perangkat juga menjadi pertimbangan utama agar tetap nyaman digunakan.
Namun, bukan berarti teknologi baterai raksasa ini tidak akan keluar dari Tiongkok sama sekali. Xiaomi kerap membawa inovasi serupa dalam bentuk seri global berbeda, seperti yang pernah terjadi pada beberapa model Redmi dan Poco.
Tren Baru: Smartphone dengan Baterai Ekstrem
Belakangan ini, tren smartphone dengan baterai super besar memang semakin populer. Beberapa brand mulai berfokus pada ketahanan daya sebagai nilai jual utama.
Contohnya, Realme disebut sedang menyiapkan ponsel dengan baterai 15.000 mAh, yang diklaim mampu bertahan hingga 50 jam streaming video tanpa henti.
Sementara itu, Honor juga dikabarkan tengah menyiapkan ponsel dengan baterai 9.000 mAh, menunjukkan bahwa kompetisi di sektor ini semakin ketat.
Bagi pengguna yang gemar bepergian, bermain game, atau membuat konten video, baterai besar jelas menjadi fitur idaman. Dengan kapasitas sebesar itu, pengguna bisa beraktivitas seharian tanpa cemas mencari colokan listrik.
Teknologi Silicon-Carbon: Rahasia di Balik Kapasitas Super
Salah satu inovasi penting di balik pengembangan baterai besar ini adalah penggunaan teknologi silicon-carbon.
Berbeda dari baterai lithium-ion biasa, baterai silicon-carbon memiliki densitas energi yang lebih tinggi, artinya mampu menyimpan daya lebih besar dalam ruang yang relatif sama.
Teknologi ini juga membantu menjaga efisiensi dan daya tahan jangka panjang. Namun, karena melibatkan material baru, penerapannya memerlukan pengujian tambahan terkait keamanan dan regulasi internasional.
Xiaomi tampaknya serius berinvestasi dalam teknologi ini, karena sebelumnya mereka juga telah menerapkannya pada beberapa produk eksperimental dan tablet seri Redmi Pad.
