“Ketika saya bicara soal bertahan lebih baik, maksudnya seluruh tim, bukan hanya lini belakang,” tegasnya dengan semangat. “Saya selalu bilang kepada tim saya, kami mulai menyerang dengan kiper kami, dan kami mulai bertahan dengan penyerang kami.”
Filosofi “menyerang dari kiper, bertahan dari striker” ini bukan sekadar jargon. Di lapangan, terlihat jelas bagaimana setiap pemain, mulai dari penyerang seperti Dony Tri Pamungkas, turun membantu mempersempit ruang gerak lawan. Sebaliknya, dalam membangun serangan, kiper Persija menjadi titik awal permainan, bukan sekadar penendang bola panjang.
“Kami melihat pengorbanan luar biasa secara defensif, dan saya yakin hal itu membantu kami dalam membangun serangan. Hal ini membuktikan bahwa kami punya penjaga gawang yang hebat,” tutur Souza, memberikan apresiasi pada kerja keras kolektif anak asuhnya.
Kemenangan ini menjadi titik terang bagi Persija untuk kembali melesat di papan atas klasemen. Lebih dari itu, malam di GBT menjadi penanda dimulainya sebuah era baru di bawah Souza: sebuah era di mana setiap pemain adalah tentara yang siap bertahan dan menyerang untuk satu tujuan; kemenangan. Filosofi yang sederhana namun eksekusinya mematikan, telah mengubah dua kekalahan pahit menjadi sebuah kemenangan yang penuh makna.
