Baca Juga: Jasad Bayi dalam Plastik Gegerkan Warga Pekayon Bekasi
Ia menambahkan, pantauan di hulu sungai akan menjadi dasar peringatan dini bagi masyarakat.
“Saat terjadi peningkatan di hulu Cileungsi atau Cibongas, kami bisa langsung menghitung seberapa tinggi muka airnya dan menginformasikannya ke masyarakat untuk waspada,” sambungnya.
Sebelumnya, Wali Kota Bekasi Tri Adhianto mengatakan langkah ini diambil karena normalisasi Kali Bekasi belum berjalan maksimal, sementara potensi curah hujan tinggi masih akan berlangsung hingga awal tahun depan.
“Kota Bekasi saat ini tengah menghadapi situasi di mana Kali Bekasi belum memiliki progres secara fisik yang signifikan sejak banjir besar pada Maret lalu. Curah hujannya pun masih sama seperti tahun sebelumnya, artinya kita akan menghadapi situasi yang sama,” ujar Tri Adhianto saat ditemui di Plaza Pemkot Bekasi, Senin 20 Oktober 2025.
Tri menjelaskan, hingga kini belum ada kegiatan fisik berarti dalam upaya pengendalian banjir selain pengerukan, padahal kegiatan tersebut juga memiliki risiko.
“Sampai saat ini belum ada kegiatan fisik yang nyata untuk antisipasi. Yang ada baru pengerukan, padahal itu juga cukup berisiko. Kalau tingkat longsornya tinggi, air mudah naik dan kapasitas Kali Bekasi jadi terbatas,” tuturnya.
Meski begitu, Tri mengapresiasi langkah Kementerian PUPR yang telah menetapkan pintu bendung sebagai titik pengendalian air.
“Format buka-tutup pintu bendung akan lebih teratur. Dengan begitu, kami bisa mengantisipasi lebih awal titik mana yang berpotensi terdampak berdasarkan debit air yang masuk,” pungkasnya. (cr-3)