Agar tidak terjebak dalam hubungan yang tidak sehat, penting mengenali tanda-tanda pria mokondo sejak awal. Berikut beberapa ciri umumnya:
1. Suka Gratisan
Cowok mokondo kerap mencari cara untuk menikmati sesuatu tanpa mengeluarkan biaya. Saat kencan, mereka cenderung membiarkan pasangan yang menanggung semua pengeluaran.
2. Tidak Mau Berusaha
Mereka jarang menunjukkan inisiatif, baik dalam merencanakan kegiatan maupun membangun masa depan bersama. Semua ingin serba instan tanpa kerja keras.
3. Mengandalkan Daya Tarik Fisik
Penampilan adalah senjata utama mereka. Cowok mokondo percaya wajah tampan atau tubuh ideal cukup untuk membuat pasangan bertahan, tanpa perlu upaya lain.
4. Pelit dan Egois
Dalam hubungan, mereka enggan berbagi atau berkorban. Perhatian, waktu, bahkan bantuan kecil pun terasa berat diberikan.
5. Ahli Cari Alasan
Saat diminta bertanggung jawab atau menolong pasangan, mereka selalu punya seribu alasan untuk menghindar—mulai dari “lagi sibuk” hingga “belum gajian,” padahal sebenarnya mampu.
Mengapa Istilah Mokondo Bisa Viral di TikTok dan Media Sosial
Fenomena mokondo bukan muncul tanpa sebab. Ada beberapa faktor yang membuat istilah ini cepat menyebar dan relevan bagi generasi muda.
1. Media Sosial Sebagai Katalis Tren
TikTok dan Instagram menjadi medium utama penyebaran istilah ini. Video lucu, meme, hingga cerita relate membuat istilah mokondo mudah dipahami dan cepat viral.
2. Kritik Sosial di Balik Humor
Di balik leluconnya, mokondo merupakan bentuk sindiran terhadap perilaku pria yang tidak dewasa dan enggan berkontribusi dalam hubungan. Banyak perempuan menggunakannya untuk saling mendukung agar tidak “terjebak cinta buta”.
3. Kreativitas Bahasa Anak Muda
Bahasa gaul selalu berevolusi cepat. Mokondo menjadi bukti kreativitas linguistik generasi muda dalam menciptakan istilah yang lucu, tajam, sekaligus bermakna sosial.
4. Tren Challenge dan Tagar
Konten bertema #MokondoChallenge atau #CowokMokondo ramai di TikTok, berisi parodi pengalaman kencan dengan pasangan yang hanya “modal tampang”. Humor ini membuat istilahnya semakin dikenal luas.
5. Relevansi dengan Realita Hubungan Modern
Istilah ini mencerminkan fenomena hubungan masa kini—di mana sebagian orang ingin “menikmati hasil” tanpa mau berusaha. Karena relevansinya tinggi, istilah ini bertahan lama di linimasa media sosial.