Begini Strategi Pemprov Jakarta Kendalikan Harga Bahan Pokok yang Melambung

Sabtu 11 Okt 2025, 17:23 WIB
Aktivitas pedagang dan pembeli di pasar tradisional Slipi, Palmerah, Jakarta Barat, Sabtu, 11 Oktober 2025. (Sumber: POSKOTA | Foto: Pandi Ramedhan)

Aktivitas pedagang dan pembeli di pasar tradisional Slipi, Palmerah, Jakarta Barat, Sabtu, 11 Oktober 2025. (Sumber: POSKOTA | Foto: Pandi Ramedhan)

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta telah merancang strategi terintegrasi untuk mengendalikan harga pangan, dengan cara fokus pada ketersediaan stok, distribusi efisien, dan intervensi langsung.

Staf Khusus Gubernur Bidang Komunikasi Sosial, Chico Hakim mengatakan, langkah yang dilakukan diantaranya melakukan pemantauan intensif, termasuk berkaitan dengan stok.

"Tim Dinas Perindustrian dan Energi DKI secara rutin memantau harga di 193 titik pasar tradisional dan ritel modern," kata Chico melalui pesan singkat, Sabtu, 11 Oktober 2025.

"Untuk komoditas seperti beras dan cabai, kami memastikan stok berlebih (misalnya, stok beras aman hingga akhir 2025) melalui koordinasi dengan Bulog dan petani lokal. Ini mencegah spekulasi harga naik," ujarnya.

Pemprov DKI Jakarta kerap mengadakan operasi pasar dan gerakan pangan murah keliling dan telah menggelar operasi pasar di 193 lokasi strategis sejak Februari 2025, termasuk gerakan mobil keliling yang menjangkau kelurahan rawan.

Baca Juga: Harga Bahan Pokok Turun, Pedagang Pasar Embrio Keluhkan Sepinya Pembeli

"Ini menyalurkan bahan pokok dengan harga di bawah pasar, seperti beras Rp8.000/kg dan cabai Rp20.000/kg, untuk meredam inflasi," kata Chico.

Disampaikan Chico, Pemprov DKI Jakarta juga berinovasi melalui program digitalisasi pasar. Ada sedikitnya 20 pasar tradisional seperti Pasar Mayestik dan Pasar Santa untuk berintegrasi dengan platform digital.

"Ini meningkatkan transparansi harga, mengurangi rantai pasok panjang, dan memudahkan akses informasi harga real," tutur dia.

Dukungan juga diberikan kepada petani dengan cara memberikan bibit unggul. Hal ini dilakukan sebagai bagian dari strategi Pemprov DKI Jakarta terhadap peningkatan produksi lokal.

"Dukungan bagi petani urban di Jakarta melalui bibit dan pupuk subsidi, untuk kurangi ketergantungan impor dan stabilkan harga cabai serta sayur," kata Chico.


Berita Terkait


News Update