“Tadi aku sempat nyobain beberapa jajanan khas Tionghoa, dan rasanya enak-enak, otentik banget,” ujarnya sambil memperlihatkan galeri ponselnya yang dipenuhi foto makanan.
Baca Juga: Petak Enam, Destinasi Wisata Belanja dan Kuliner Legendaris di Pecinan Glodok
Namun di balik keindahan dan keunikan nuansa di Petak Enam, Desti juga menyadari tantangan yang dihadapi kawasan ini.
“Kalau mau tetap ramai, promosi di media sosial harus lebih dimasifkan. Sekarang kan banyak orang-orang taunya dari sana, terus kalau ada pertunjukan atau show, bisa bikin tempat ini makin menarik buat dikunjungi,” sarannya.
Meski begitu, ia menilai fasilitas di Petak Enam sudah cukup memadai untuk wisata kuliner dan foto-foto.
Petak Enam kini bukan hanya tempat singgah bagi pecinta kuliner, tapi juga ruang dimana identitas dan sejarah bersinggungan. Petak Enam berdiri di tengah hiruk pikuk Jakarta modern, namun tetap menjaga erat akar budaya yang melahirkannya.
Setiap sudut Petak Enam seolah berbisik tentang masa lalu yang masih hidup: dari suara pedagang, aroma makanan yang menggoda, hingga gemerincing koin dari toko suvenir di tepi jalan.
Petak Enam adalah napas lama yang menolak padam, berusaha terus hidup di tengah banyaknya pusat perbelanjaan yang kini sepi di kawasan Glodok. (M2)