Opini Ekonomika Pancasila oleh Yudhie Haryono (CEO Nusantara Centre). (Sumber: Poskota)

SERBA-SERBI

Ekonomika Pancasila: Mencapai Indonesia Makmur

Rabu 08 Okt 2025, 06:26 WIB

Oleh: Yudhie Haryono (CEO Nusantara Centre)

Suara derit rel kereta Puwojaya begitu syahdu. Itu seperti mewakili perasaanku kini. Sendirian menuju kampus tercinta untuk bergurau soal-soal mencapai kedaulatan ekonomi. Kesepian menuju kampung halaman untuk ziarah pemikiran.

Ini perlu kutegaskan setegas-tegasnya karena kemakmuran adalah tujuan yang harus dicapai dengan serius sehingga sendiri dan sepi itu bukan kekalahan. Ya, kemakmuran itu wareg, waras, wasis sehingga anteng, mateng, dan menang.

Setelah 80 tahun merdeka, bangsa ini jelas belum makmur. Karenanya, kemakmuran harus digenggam dengan segala usaha, cara, metoda dan semangat yang menyala-raya. Agar ada warisan Indonesia yang raya dan jaya.

Baca Juga: Ekonomika Pancasila: Ekonomi Tanpa Kejeniusan

Setelah melewati malam tak sudah-sudah, tibalah aku di kota sejuta mendoan; mula jendral Soedirman memimpin revolusi kemerdekaan. Pulang ke kota masa kecil itu ada setangkup haru dalam rindu. Tentu masih seperti dulu. Tiap sudut menyapaku penuh kaku.

Lalu, bertemulah aku dengan Heri Susanto, Anang Fahmi, Angga Saputra, Nurhidayat, Surya Esa, Tony, Yon Daryono, Yoga Cokro, Udin, Damas Basawanda, Era Serayu, Wira Agung, Dwi Yono, Mukit, Imron, Sayono. Mereka sudah lama berkarya dan hidup dalam komunitas epistemik pancasila.

Sesungguhnya, kopi lokal terhidangkan, tetapi terasa mendesak-desak untuk dituntaskan. Seperti ada yang kurang. Soal "kesentosaan." Ekonomi sentosa. Ekonomi antitesa dari yang kini berlangsung. Ekonomi kini yang tak bertanggung jawab atas hadirnya orang-orang yang berlomba-lomba menunjukkan banyaknya obat sakit jiwa yang mereka konsumsi.

Ekonomi yang kini berlangsung adalah pemiskinan, pembodohan dan penyakitan. Sedangkan sentosa itu berarti damai, tenang, atau aman lahir batin, kolabiratif serta setara plus sederajat. Ekonomi bekerja dalam panca dharma, yaitu: rekonstitusi, renasionalisasi, rekapitalisasi, restrukturalisasi, dan reindustrialisasi.

Baca Juga: Ekonomika Pancasila: Ekonomi Kaya dan Bahagia

Terminologi ini sering digunakan untuk menggambarkan negara yang ekonominya merdeka, berdaulat, bersatu, harmonis, adil-makmur, minus gangguan, stabil dan berkelanjutan.

Dalam konteks sosial politik, sentosa dapat merujuk pada keadaan batin yang damai dan tenang; lingkungan yang aman dan nyaman; hubungan antar manusia yang harmonis dan saling menghormati serta berwatak theo-antro-eco sentris.

Tanpa itu, sungguh "tidak ada yang lebih tragis dalam sejarah nusantara daripada hadirnya ekonom dan ekonomi yang berkuasa dengan resep asing serta melanggengkan resepnya dengan jahat dan penuh tipuan.”

Dari mereka, kehidupan sekitarnya menjadi komunitas yang rusak, terjajah dan sakit yang tak sudah-sudah. Tentu itu adalah hidup yang tidak kita harapkan.

Baca Juga: Ekonomika Pancasila: Rekapitalisasi Kekayaan Nasional (1)

Maka, menulis dan merumuskan legislasi ekonomi berkemakmuran menjadi tugas suci serta obat sekaligus, dan karena itu merupakan sebuah tindakan jenius ekonomi-politik. Nalar sadar waktu. Ilham peracik peradaban.

Di kota ini mari mulai lagi perjuangkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan lewat jalan bercerita, berkarya, bersekolah dan berlegislasi. 5 langkah sebagai tindakan kejeniusan, dengan demikian, adalah berkarya yang terilhami oleh semangat transformasi sosial dan nilai-nilai kemanusiaan Indonesia.

Kalian semua sangat kuandalkan. Dari hati, hari, nalar dan kota ini mari kuatkan dan dentumkan terus arus balik nusantaraisme. Ekonomi bermartabat dan perekonomian bersentosa. Mestakung.

Tags:
Indonesia Ekonomika Pancasila

Tim Poskota

Reporter

Febrian Hafizh Muchtamar

Editor