POSKOTA.CO.ID - Puing-puing dari dua kekalahan beruntun di tanah Sulawesi dan Kalimantan masih berserakan. Persija Jakarta, sang Macan Kemayoran, belum lagi memiliki kesempatan untuk membenahi luka di kandang sendiri, namun sudah harus menghadapi kenyataan pahit: sebuah perjalanan tandang yang brutal dan menantang.
Bagai sebuah ritual berat, tim ibukota ini dipaksa untuk mengemas kembali semangat dan koper mereka untuk menjalani empat laga tandang beruntun di BRI Liga 1 Super League 2025/2026.
Rantai pertandingan ini bukan hanya ujian fisik, tetapi lebih pada sebuah ujian karakter untuk membuktikan apakah mereka masih memiliki jiwa juang yang pantas disandang.
Dua laga di antaranya, menjadi momok yang paling ditakankan: bertandang ke markas Persebaya Surabaya dan Madura United.
Baca Juga: Cek Jam Tayang Liga 1 Indosiar Pekan Ini: Derbi Persebaya vs Persija, PSBS vs Persib, PSM vs Arema
Di tengah situasi yang pelik ini, manajemen tim pun angkat bicara. Marsekal Muda TNI (Purn) Ardhi Tjahjoko, Manajer Persija, menegaskan bahwa situasi ini harus dijadikan momentum bangkit, bukan alasan untuk terpuruk lebih dalam. Tekadnya jelas: timnya wajib menunjukkan karakter sejati dan tidak boleh mengulangi kesalahan fatal yang sama.
Rantai Tandang yang Mematikan
Jadwal kejam ini bermula dari kekalahan di Stadion Gelora Mandiri, Samarinda, akhir September lalu. Alih-alih bisa pulang dan membenahi diri di kandang, skuad besutan Fabiano Calonego ini harus langsung melanjutkan pengembaraan.
Ujian pertama, dan mungkin yang paling genting, akan berlangsung di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, pada 18 Oktober 2025. Di sana, lautan suporter Bajul Ijo, Persebaya Surabaya, sudah menunggu untuk memberikan tekanan maksimal.
Belum lagi napas panjang, enam hari kemudian, pada 24 Oktober 2025, giliran Kandang Laga Bhayangkara Jala Dritha, Pamekasan, yang menjadi tujuan berikutnya.
Menantang Madura United di hadapan suporter mereka yang dikenal sangat fanatik bukanlah tugas mudah. Dua laga di Jawa Timur ini bukan sekadar pertandingan, melainkan duel yang sarat dengan tensi, rivalitas, dan gengsi.
Baca Juga: Persija Jakarta Krisis Kemenangan di September, Deja Vu Musim Lalu Mengintai
Keputusan Tak Terduga dan Ujian Karakter
Rantai tandang ini semakin panjang akibat keputusan operator liga yang memindahkan laga kandang Persija melawan Bhayangkara Presisi Lampung FC.
Laga yang seharusnya menjadi oasis di tengah maraton tandang itu, dipindahkan ke 29 Desember 2025. Artinya, Persija harus menjalani empat laga tandang penuh tanpa sekalipun mampir ke markas mereka di Jakarta.
Menanggapi situasi ini, Manajer Persija, Marsekal Muda TNI (Purn) Ardhi Tjahjoko, tidak menampik beratnya tantangan. Dalam konferensi persnya, Jumat, 3 Oktober 2025, Ardhi menekankan pentingnya menunjukkan karakter sebagai tim besar.
“Empat laga tandang beruntun ini jelas bukan hal yang ringan. Namun, kami harus menjadikannya motivasi untuk menunjukkan karakter sejati Persija. Kami tidak boleh lagi mengulang kesalahan yang sama seperti di dua laga tandang sebelumnya,” tegas Ardhi dengan nada serius.
Pesan yang disampaikannya kepada para pemain sangat jelas: bangkit atau terpuruk. “Setiap pertandingan selalu menghadirkan tantangan baru. Jangan mengulangi kesalahan yang sama. Bermainlah sampai titik darah penghabisan,” tambahnya, memberikan wejangan yang menggambarkan situasi darurat di kamp Persija.
Baca Juga: 2 Kekalahan Beruntun Persija Jakarta, Posisi Klasemen Melorot: Pelatih Mauricio Souza Harus Berbenah
Titik Balik atau Jurang yang Semakin Dalam?
Dua laga tandang awal musim telah memperlihatkan kerapuhan Persija, terutama di lini pertahanan yang kebobolan lima gol. Kekalahan tersebut tidak hanya merugikan di papan klasemen, tetapi juga secara psikologis.
Kini, sorotan tertuju pada Fabiano Calonego dan para pemain bintangnya. Apakah mereka mampu berbenah, menemukan kembali chemistry tim, dan meraih poin penting di kandang dua raksasa Jawa Timur? Atau, justru rangkaian laga ini akan menjadi awal dari krisis yang lebih dalam?
Jawabannya akan terunggap di Gelora Bung Tomo dan Ratu Pamelingan. Bagi Persija, ini lebih dari sekadar perebutan tiga angka; ini adalah pertaruhan harga diri dan bukti apakah mereka masih layak disebut calon juara.