POSKOTA.CO.ID - Beda pandangan dan beda tafsir politik adalah biasa, itulah dinamika demokrasi. Begitu juga soal penyebutan IKN sebagai ibu kota politik.
Yang terpenting, beda tafsir politik jangan menimbulkan perselisihan, terlebih permusuhan.
Bahkan, dengan beda tafsir itu diharapkan akan menguatkan soliditas dan kebersamaan, kuncinya dengan saling menghargai perbedaan.
“Tak cukup hanya menghargai perbedaan, tak kalah pentingnya menghargai orang lain, siapa pun dia, di mana pun dan kapan pun,” kata bung Heri mengawali obrolan warteg bersama sohibnya, mas Bro dan bang Yudi.
“Menghargai orang jangan cuma dari tampilan luarnya saja karena menggunakan mobil mewah, pakaian mahal, sepatu bermerek, gelang kalung bergelantungan,” kata Yudi.
Baca Juga: Obrolan Warteg: Buka Tutup, Biasa
“Ya, saya setuju banget. Menghargai orang bukan semata karena jabatannya, kemewahannya, dan status sosialnya,tetapi lebih kepada perannya, harkatnya sebagai manusia,” kata Heri.
“Intinya setiap orang wajib dihargai, apa pun status dan kedudukannya, karena setiap orang pasti memiliki peran, sekecil apapun peran itu,” jelas mas Bro.
“Maksudnya orang kecil seperti kita harus dihargai juga, apakah tidaklah bercermin,” kata Yudi.
“Loh hendaknya yang banyak bercermin itu mereka yang di atas kita, utamanya para pejabat dan elite politik karena ucapan dan perbuatannya selalu disorot publik,” kata Heri.
“Terlebih jika ucapan dan perbuatan tak sesuai etika dan adat budaya bangsa. Tidak mencerminkan diri sebagai elite, tokoh panutan,” kata Yudi.