POSKOTA.CO.ID - Lonjakan harga emas Antam pada September 2025 menjadi perbincangan utama di kalangan pelaku pasar. Nilai Rp 2.060.000 per gram bukan hanya sekadar angka, melainkan representasi dari kondisi global yang sarat ketidakpastian.
Dalam kacamata ekonomi, emas kerap menjadi “safe haven” atau aset lindung nilai ketika pasar keuangan penuh gejolak.
Pengamat mata uang Ibrahim Assuaibi menegaskan bahwa harga emas global saat ini bahkan sudah menembus hampir US$ 3.600 per troy ounce, melampaui angka US$ 3.500 yang tercatat beberapa waktu sebelumnya.
Menurutnya, momentum ini menunjukkan bahwa emas masih memiliki potensi besar untuk terus naik hingga tahun 2029.
Baca Juga: Pengamat Sebut Ekonomi Lesu Membuat Masyarakat Andalkan Pinjol
Faktor Global yang Mendorong Harga Emas
Harga emas tidak pernah berdiri sendiri. Ada banyak faktor yang menjadi pendorong kenaikan maupun penurunan nilainya, antara lain:
- Kebijakan Politik Global
Terpilihnya kembali Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat membawa ekspektasi ketidakpastian baru. Dalam pandangan Ibrahim, gejolak politik yang mungkin terjadi di bawah kepemimpinan Trump bisa menjadi katalis kenaikan harga emas. - Kondisi Ekonomi Dunia
Inflasi yang tinggi di beberapa negara, perlambatan ekonomi global, serta tren suku bunga bank sentral mendorong investor mengalihkan dana ke aset yang lebih aman, termasuk emas. - Supply and Demand
Pasokan emas di pasar tidak mampu mengimbangi tingginya permintaan. Ketidakseimbangan inilah yang membuat harga emas meski sempat terkoreksi, tidak jatuh terlalu dalam. - Nilai Tukar Mata Uang
Pelemahan dolar AS sering menjadi faktor utama penguatan harga emas. Investor lebih memilih emas sebagai aset cadangan yang nilainya lebih stabil.
Apakah Sekarang Waktu yang Tepat Membeli Emas?
Pertanyaan klasik yang selalu muncul adalah: apakah sekarang waktu yang tepat untuk membeli emas, atau sebaiknya menunggu?
Ibrahim menekankan bahwa saat ini adalah momen ideal untuk mulai berinvestasi emas. Walaupun potensi koreksi harga tetap ada, tren jangka panjang emas masih mengarah naik. Baginya, investor sebaiknya tidak terlalu takut pada fluktuasi jangka pendek, melainkan fokus pada proyeksi beberapa tahun ke depan.
“Logam mulia adalah investasi jangka panjang, bukan jangka pendek. Lihat tiga sampai lima tahun ke depan, jangan hanya pada kondisi hari ini,” ujar Ibrahim.
Dalam kehidupan sehari-hari, emas bukan hanya instrumen finansial. Bagi sebagian orang, emas memiliki makna psikologis dan sosial:
- Simbol Keamanan Finansial
Banyak keluarga di Indonesia menjadikan emas sebagai tabungan darurat. Bentuknya yang nyata dan mudah dijual kembali membuat emas dianggap lebih “nyata” dibandingkan investasi digital. - Waris dan Budaya
Di banyak tradisi, emas diwariskan sebagai simbol keberlanjutan dan keamanan keluarga. Nilai budaya ini membuat emas tetap relevan meski berbagai aset investasi modern bermunculan. - Stabilitas Emosi Investor
Saat pasar saham atau kripto bergejolak, memiliki emas sering memberi rasa tenang. Ada kepastian bahwa emas tidak akan kehilangan nilai secara drastis dalam semalam.
Dengan demikian, emas bukan hanya bicara soal hitungan keuntungan, melainkan juga soal rasa aman, warisan, dan keberlanjutan hidup.