"Apa pun alasannya, penembakan gas air mata ke dalam kampus tidak bisa dibenarkan. Kampus adalah ruang akademik, bukan arena perang," ungkapnya.
Ferry menilai kampus seharusnya dijaga sebagai tempat aman bagi mahasiswa dalam menyampaikan aspirasi tanpa takut terjebak dalam konflik fisik.
Walaupun mengkritik keras aparat, Ferry juga mengingatkan adanya perilaku anarkis dari sebagian massa. Namun, ia menegaskan pentingnya membedakan antara mahasiswa yang membawa tuntutan jelas dengan kelompok lain yang hanya memperkeruh keadaan.
Baca Juga: Hadiri Sidang Etik Pelindas Affan, Kompolnas Berharap 2 Brimob Dipecat
"Kita tidak bisa menyamakan semuanya. Ada mahasiswa yang menyampaikan tuntutan, dan ada juga massa yang berbuat anarkistis. Itu dua hal berbeda," jelasnya.
Dengan pembedaan yang jelas, kata Ferry, aparat dapat bersikap lebih proporsional dalam menangani aksi massa tanpa mengorbankan hak-hak mahasiswa.
Ferry juga mengingatkan pemerintah agar berhati-hati dalam membaca akar persoalan. Kesalahan analisis dapat menimbulkan dampak fatal, baik dalam penyelesaian konflik maupun pada tingkat kepercayaan publik.
"Kalau masalah dasarnya salah dibaca, maka penyelesaiannya juga akan melenceng. Ini yang harus hati-hati, karena menyangkut kepercayaan publik dan nyawa orang," ujarnya.