Daftar 7 Gerbang Tol Dibakar Massa, Arus Lalu Lintas Cawang–Tomang–Pluit Masih Terganggu

Sabtu 30 Agu 2025, 11:11 WIB
Pembakaran Halte Busway Sentral Senen, Jakarta Pusat oleh masa anarko, Jumat, 29 Agustus 2025. (Sumber: Poskota/M. Tegar Jihad)

Pembakaran Halte Busway Sentral Senen, Jakarta Pusat oleh masa anarko, Jumat, 29 Agustus 2025. (Sumber: Poskota/M. Tegar Jihad)

Penutupan ruas tol utama Jakarta memicu dampak domino:

  • Transportasi publik berhenti beroperasi. Seluruh armada TransJakarta dihentikan sementara, dengan tujuh halte utama ikut dibakar.
  • Kemacetan parah. Ribuan pengendara dialihkan ke jalur alternatif, menyebabkan kepadatan di berbagai ruas kota.
  • Kerugian ekonomi. Tidak hanya Jasa Marga yang kehilangan aset, tetapi juga pedagang kecil, pekerja, dan perusahaan yang mobilitasnya terganggu.

Kerusuhan ini mengajarkan bahwa satu titik ketidakadilan dapat merusak ekosistem perkotaan secara keseluruhan.

Akar Masalah: Dari Ketidakadilan hingga Ketidakpercayaan Publik

Jika ditarik ke hulu, kemarahan massa bukan semata karena pembatas jalan terbakar atau tol ditutup. Sumber utama gejolak adalah ketidakadilan yang dirasakan masyarakat atas meninggalnya Affan Kurniawan.

Publik melihat kasus ini bukan insiden tunggal, melainkan puncak dari gunung es masalah ketidakpercayaan terhadap aparat dan pemerintah. Mahfud MD, salah satu tokoh nasional, bahkan menyebut akar persoalan terletak pada korupsi pejabat yang menggerogoti keadilan.

Di sinilah masyarakat butuh jawaban lebih dari sekadar "normalisasi lalu lintas". Mereka butuh jaminan bahwa nyawa rakyat kecil tidak dianggap remeh.

Satu Nyawa yang Tak Tergantikan

Mari kita berhenti sejenak dan berpikir: siapa sebenarnya Affan Kurniawan? Ia bukan sekadar nama dalam laporan polisi. Ia seorang anak, seorang teman, seorang tulang punggung keluarga.

Kehilangannya menandakan hilangnya satu mata rantai kehidupan yang berdampak luas. Inilah sisi manusiawi yang sering kali terabaikan ketika masyarakat sibuk membicarakan angka kerugian atau infrastruktur rusak.

Tragedi ini memberi pesan bahwa nyawa manusia jauh lebih berharga dibanding fasilitas apapun. Dan jika masyarakat merasa nyawa itu tidak dihargai, wajar bila mereka mengekspresikan kemarahan, meski dengan cara yang salah.

Belajar dari Peristiwa: Bagaimana Seharusnya Negara dan Masyarakat Bersikap?

Peristiwa ini menyisakan sejumlah pelajaran penting:

  1. Negara harus responsif. Penanganan kasus seperti ini membutuhkan transparansi, bukan sekadar pernyataan normatif.
  2. Masyarakat perlu saluran aspirasi. Demonstrasi adalah hak, tetapi ketika tidak ada kanal resmi untuk menyalurkan rasa marah, amarah itu berubah menjadi destruktif.
  3. Infrastruktur harus dilindungi. Jalan tol, halte, dan fasilitas umum adalah milik bersama. Jika rusak, yang rugi bukan hanya pemerintah, melainkan masyarakat luas.
  4. Keadilan sosial sebagai pondasi. Selama masyarakat merasa keadilan tidak ditegakkan, maka potensi konflik sosial akan terus berulang.

Baca Juga: 7 Halte TransJakarta Dibakar, Layanan Dihentikan Sementara

Jalan Panjang Menuju Keadilan

Kasus Affan Kurniawan dan pembakaran tujuh gerbang tol bukan sekadar berita satu hari. Ia adalah cermin rapuhnya kontrak sosial antara negara dan rakyat.

Di balik asap hitam yang mengepul dari gerbang tol terbakar, ada suara-suara yang ingin didengar:

  • Suara keluarga yang kehilangan.
  • Suara masyarakat yang ingin keadilan ditegakkan.
  • Suara rakyat kecil yang lelah merasa tak dianggap.

Berita Terkait


News Update