Salah satu keunggulan MRT adalah efisiensinya dalam mengurangi jejak karbon. Dibandingkan kendaraan pribadi, MRT menghasilkan emisi yang jauh lebih rendah. Jika masyarakat beralih menggunakan MRT, tingkat polusi udara di Jakarta dan Tangsel dapat berkurang signifikan.
Selain itu, integrasi MRT dengan transportasi lain seperti TransJakarta, LRT, dan KRL akan memperkuat konsep ekosistem transportasi berkelanjutan di Jabodetabek.
Tantangan yang Harus Dihadapi
Meski penuh harapan, proyek ini tetap menghadapi berbagai tantangan, antara lain:
- Pendanaan besar: Pembangunan MRT memerlukan investasi triliunan rupiah.
- Pembebasan lahan: Proses ini sering menjadi hambatan karena harga tanah tinggi dan sengketa kepemilikan.
- Koordinasi lintas wilayah: Jakarta dan Tangsel memiliki regulasi berbeda, sehingga butuh sinergi kuat.
- Perubahan budaya masyarakat: Mendorong warga untuk beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi umum bukan hal mudah.
Masa Depan Mobilitas Jabodetabek
Jika proyek ini berhasil terealisasi sesuai rencana, wajah mobilitas di Jabodetabek akan berubah total. Perjalanan Lebak Bulus – Tangerang Kota yang biasanya memakan waktu berjam-jam dapat ditempuh kurang dari satu jam.
Lebih dari itu, MRT akan menginspirasi pengembangan jalur serupa di kota-kota lain di Indonesia. Surabaya, Medan, dan Bandung berpotensi mencontoh model ini untuk mengatasi permasalahan transportasi mereka.
Pembangunan MRT Jakarta – Tangsel adalah simbol transformasi transportasi Indonesia. Meski jalannya penuh tantangan, manfaat jangka panjangnya jauh lebih besar kemudahan mobilitas, pertumbuhan ekonomi, lingkungan yang lebih sehat, dan kualitas hidup yang lebih baik bagi jutaan orang.
Dalam kacamata manusia, proyek ini bukan hanya deretan beton, rel, dan kereta. Ia adalah investasi untuk generasi mendatang, agar mereka tumbuh di kota yang lebih terhubung dan lebih hijau.