Rekomendasi analis:
- Buy on weakness di area Rp925–Rp980
- Target harga: Rp1.025–Rp1.085
- Stop loss: di bawah Rp905
4. PT Bank BTPN Syariah Tbk. (BTPS)
Berbeda dengan ketiga saham di atas, BTPS mendapat rekomendasi sell. Saham ini terkoreksi 1,72% ke Rp1.430 dan masih didominasi tekanan jual. Analis menilai posisi BTPS saat ini sedang berada pada awal wave C dari wave (B), sehingga rawan koreksi lanjutan.
Rekomendasi analis:
- Sell on strength di area Rp1.445–Rp1.465
- Potensi koreksi ke kisaran Rp1.215–Rp1.315
Bagi investor ritel, informasi teknikal seperti wave theory, support, dan resistance memang penting. Namun, ada sisi lain yang sering terlupakan psikologi investasi dan manajemen risiko.
Banyak investor pemula cenderung mengikuti rekomendasi analis tanpa mempertimbangkan profil risiko pribadi. Padahal, setiap keputusan investasi membutuhkan kesesuaian dengan tujuan keuangan, toleransi risiko, dan kondisi psikologis masing-masing individu.
Misalnya, meskipun EXCL dan NCKL tampak menjanjikan secara teknikal, jika seorang investor sedang membutuhkan likuiditas dalam waktu dekat, strategi “buy on weakness” mungkin bukan langkah bijak. Begitu pula dengan rekomendasi sell untuk BTPS, tidak serta-merta berarti investor harus menjual seluruh kepemilikan, melainkan menimbang proporsi portofolio dan tujuan jangka panjang.
Selain itu, pasar saham Indonesia juga tidak terlepas dari faktor eksternal seperti kebijakan suku bunga global, harga komoditas, hingga sentimen politik domestik. Hal ini membuat volatilitas tak terhindarkan. Investor yang hanya terpaku pada analisis teknikal tanpa memperhitungkan aspek psikologis berpotensi mengalami stres berlebih ketika pasar bergerak di luar ekspektasi.
Baca Juga: Info Lowongan Kerja Hari Ini PT Indorent, Ada Banyak Posisi yang Dibuka
Tren Jangka Panjang IHSG
IHSG dalam lima tahun terakhir menunjukkan tren pertumbuhan meski disertai koreksi periodik. Sejak 2020, indeks berhasil pulih dari dampak pandemi COVID-19 dan kembali mencetak rekor baru. Proyeksi jangka menengah hingga akhir 2025 masih menunjukkan potensi penguatan, dengan target yang diperkirakan berada di atas level 8.300.
Namun, tren positif ini bukan berarti tanpa risiko. Beberapa sektor seperti perbankan, pertambangan, dan telekomunikasi akan tetap menjadi motor penggerak indeks. Sementara itu, sektor farmasi dan teknologi masih menghadapi tantangan dari sisi regulasi dan kompetisi global.
Investor yang mampu membaca tren jangka panjang sambil menjaga disiplin manajemen risiko akan lebih siap menghadapi dinamika pasar.
IHSG pada perdagangan awal pekan ini memang berpeluang rebound ke level 8.025–8.102. Namun, peluang ini juga disertai risiko koreksi jangka pendek yang tidak boleh diabaikan. Rekomendasi saham dari analis EXCL, KLBF, NCKL (buy on weakness), dan BTPS (sell on strength) dapat menjadi acuan, tetapi bukan pegangan mutlak.