“Takutnya lagi enak tidur, rumah tiba-tiba roboh. Saya juga pernah lagi tidur terus ngambang. Air tiba-tiba udah tinggi aja. Ngeri banget, mana kabel dimana-mana,” ucapnya.
Lingkungan tempat tinggal Maryani juga sudah mulai ditinggalkan. Beberapa rumah di sekitar kontrakannya dibiarkan kosong karena pemiliknya meninggal, pindah, atau bangun rumah baru yang menyebabkan aliran air tersumbat.
“Dulu ramai, sekarang banyak yang kosong. Ada yang meninggal, ada juga yang rumahnya udah hancur. Yang bangun rumah baru bikin air disini makin lama surut,” ujarnya.
Baca Juga: Suka Duka Pedagang Bendera di Bekasi, Didi Tinggalkan Cirebon dengan Membawa Harapan
Selama tinggal di sana, ia tidak pernah mendapat bantuan dari pemerintah meskipun sudah beberapa kali melaporkan kondisi rumah ke ketua RT.
“Kalau saya lapor, paling juga enggak ditanggapi. Lebih baik saya diam saja. Harapan saya sih bisa pindah ke rumah atau kontrakan yang lebih layak. Tapi belum ada bantuan apa pun sampai sekarang,” ucapnya.
Maryani mengatakan dirinya memiliki rencana untuk pulang ke Kampung halaman di Pekalongan jika anak bungsunya sudah lulus SD.
“InsyaAllah tahun depan mau pindah ke kampung. Tunggu anak yang kedua lulus SD dulu,” kata dia. (CR-3)