POSKOTA.CO.ID - Pada akhir Juli 2025, masyarakat Indonesia dikejutkan oleh kasus tragis yang terjadi di Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Sumatera Utara.
Seorang siswi paskibra berusia 15 tahun, diduga bernama Diva Febriani, dilaporkan hilang selama dua hari sebelum akhirnya ditemukan dalam kondisi tak bernyawa, terkubur di kebun sawit dalam keadaan tanpa busana.
Peristiwa memilukan ini terjadi pada Selasa malam, 29 Juli 2025, saat warga Desa Sikara-kara I menemukan sepeda motor milik korban di area perkebunan.
Bau busuk yang menyengat mengarah pada sebuah lubang galian berat, di mana jasad korban ditemukan berada di dalam sebuah ember putih. Temuan tersebut memperkuat dugaan bahwa korban sengaja dikubur untuk menghilangkan jejak.
Baca Juga: Harga iPhone 14 Awal Agustus 2025 di iBox Indonesia, Ada Potongan hingga 3 Juta
Pelaku: Pria Berinisial Y dan Motif Kejahatan
Tak butuh waktu lama bagi aparat penegak hukum untuk menetapkan terduga pelaku dalam kasus ini. Seorang pria berinisial Y, yang tinggal di Desa Sikara-kara IV, Kecamatan Natal, Madina, ditangkap atas dugaan keterlibatan dalam pembunuhan keji ini.
Informasi yang dihimpun dari beberapa sumber termasuk media sosial TikTok, menyebutkan bahwa Y merupakan tetangga korban. Hal ini tentu menambah lapisan ironi dalam tragedi ini, sebab lingkungan yang semestinya menjadi ruang aman justru menjadi tempat terjadinya kekerasan mematikan.
Motif awal dari pembunuhan ini diduga adalah perampasan motor, namun belakangan muncul dugaan bahwa Y juga melakukan tindakan asusila sebelum menghabisi nyawa korban. Kasus ini masih dalam penanganan pihak kepolisian dan proses hukum sedang berjalan.
Siapa Diva Febriani? Mengenal Sosok Siswi yang Jadi Korban
Nama Diva Febriani kini menjadi buah bibir di dunia maya. Ia diduga merupakan siswi dari salah satu SMP di Kabupaten Mandailing Natal, yang terlibat aktif dalam kegiatan paskibra di sekolahnya.
Sebagai anggota paskibra, Diva dikenal sebagai siswi yang disiplin, tangguh, dan penuh semangat. Beberapa unggahan netizen menyebutkan bahwa ia sering mengikuti latihan baris-berbaris dengan penuh antusias, dan memiliki banyak teman di lingkungan sekolah.
Duka yang Meluas di Dunia Maya
Pasca kejadian tersebut, banyak warganet mencari informasi tentang sosok Diva Febriani. Media sosial pun menjadi tempat pelampiasan rasa duka, simpati, sekaligus pencarian terhadap akun pribadi miliknya. Salah satu akun yang diduga milik Diva adalah TikTok @difcomel5, yang sempat dibanjiri komentar ucapan belasungkawa:
“Yang tenang di sana ya kak,” tulis pengguna @wiwill.
“Tenang di surga ya kak,” tambah @gatau siapa.
Sayangnya, akun Instagram Diva Febriani belum diketahui secara pasti. Beberapa warganet masih berusaha menelusuri dengan kata kunci seperti "divafebriani", "diva_madina", atau "diva.paskibra2025", namun belum ada yang dapat diverifikasi secara otentik.
Refleksi Kemanusiaan: Apa yang Bisa Kita Pelajari dari Tragedi Ini?
Tragedi yang menimpa Diva Febriani bukan sekadar kisah kriminal. Ini adalah cermin dari kondisi sosial kita, di mana ruang aman bagi remaja perempuan masih belum sepenuhnya terwujud. Ketika lingkungan sekitar bisa menjadi ancaman, kita sebagai masyarakat perlu bertanya: Apa yang salah?
Kasus ini juga memperlihatkan bahwa kesadaran masyarakat tentang keamanan anak dan remaja masih sangat perlu ditingkatkan.
Remaja seharusnya bisa menjalani hari-hari mereka dengan damai, bukan menjadi korban tindakan brutal oleh orang dewasa di sekitar mereka.
Media sosial memainkan dua peran besar dalam kasus ini: sebagai alat informasi dan sebagai ruang empati. Warganet secara kolektif menyampaikan duka dan doa, menunjukkan bahwa dunia maya tak sekadar tempat berbagi konten hiburan, tapi juga tempat menyuarakan solidaritas kemanusiaan.
Namun, perlu juga dicermati bahwa penggunaan media sosial untuk mencari informasi pribadi korban bisa menimbulkan efek negatif, terutama jika dilakukan tanpa etika. Meskipun niatnya adalah untuk mengenang, kita tetap harus menjaga privasi keluarga dan menghormati proses hukum yang sedang berjalan.
Pentingnya Perlindungan Remaja dan Edukasi Keluarga
Kasus Diva Febriani menegaskan perlunya edukasi keluarga dan lingkungan terhadap perlindungan remaja, khususnya anak perempuan. Sekolah, keluarga, dan masyarakat memiliki tanggung jawab bersama untuk menciptakan ruang aman dan sehat secara psikologis.
Pihak berwenang pun perlu meninjau ulang mekanisme perlindungan dan pengawasan terhadap anak-anak dan remaja di desa-desa terpencil. Patroli keamanan desa, pendampingan psikologis di sekolah, dan pemberdayaan perempuan muda harus diperkuat untuk mencegah tragedi serupa.
Baca Juga: Harga iPhone 14 Awal Agustus 2025 di iBox Indonesia, Ada Potongan hingga 3 Juta
Apa yang Bisa Dilakukan Setelah Tragedi Ini?
- Meningkatkan edukasi publik tentang kekerasan berbasis gender dan pelecehan terhadap anak.
- Mendukung korban dan keluarga melalui ruang duka yang hormat dan penuh empati.
- Mendorong aparat penegak hukum untuk menindak tegas pelaku, tanpa ada impunitas.
- Mengawal proses hukum agar transparan dan adil.
- Membuka diskusi publik tentang pentingnya perlindungan hukum terhadap anak-anak.
Diva Febriani bukan hanya sebuah nama yang viral di media sosial. Ia adalah representasi dari mimpi remaja yang direnggut secara kejam, sebuah cerminan dari masalah keamanan yang harus segera ditangani oleh seluruh elemen masyarakat.
Semoga kasus ini menjadi titik balik bagi kita untuk membangun ruang yang lebih aman, adil, dan penuh kasih bagi anak-anak Indonesia. Diva dan banyak korban kekerasan lainnya layak dikenang bukan karena nasib tragisnya, tetapi sebagai pengingat bahwa kita harus berbuat lebih baik.
"Duka yang tak hanya milik keluarga, tapi milik kita semua yang peduli akan masa depan anak-anak."
Jika Anda memiliki informasi tambahan yang sahih mengenai kasus ini atau ingin mendukung keluarga korban, pastikan untuk melakukannya melalui saluran resmi atau organisasi terpercaya yang bergerak di bidang perlindungan perempuan dan anak.