Suasana di Stasiun Bekasi terpantau ramai setiap harinya karena menjadi salah transportasi publik yang menjadi pilihan warga Bekasi untuk sampai ke tujuan, Minggu, 3 Agustus 2025. (Sumber: Poskota/Nurpini Aulia Rapika)

JAKARTA RAYA

Biaya Transportasi Mahal, Warga Bekasi Sisihkan Gaji untuk Ongkos ke Jakarta

Minggu 03 Agu 2025, 12:59 WIB

BEKASI TIMUR, POSKOTA.CO.ID - Tingginya biaya transportasi di Kota Bekasi kian dirasakan memberatkan oleh para pekerja yang setiap hari harus bolak-balik ke Jakarta.

Salma Firnanda, 26 tahun, karyawan swasta asal Bekasi yang bekerja di Jakarta Pusat, menyisihkan gaji bulanannya untuk menutup ongkos perjalanan kerja.

Selama tiga tahun terakhir, Salma rutin menggunakan kombinasi moda transportasi mulai dari sepeda motor, KRL, hingga bus TransJakarta. Setiap hari, ia berangkat dari rumah naik motor menuju Stasiun Bekasi, melanjutkan perjalanan kereta ke Stasiun Matraman, lalu menyambung lagi naik TransJakarta ke kantor yang terletak di Jakarta Pusat.

“Kalau dihitung-hitung, saya bisa keluar sampai Rp1,2 juta per bulan cuma buat ongkos. Itu belum termasuk bensin, parkir, top up kartu KRL dan busway, serta biaya tak terduga lainnya,” kata Salma saat ditemui Poskota di Stasiun Bekasi, Minggu, 3 Agustus 2025.

Baca Juga: Trauma Beli Beras Oplosan, Warga Bekasi Pilih Beli ke Penggilingan Padi

Salma mengaku cukup terbebani dengan pengeluaran tersebut, apalagi dengan jarak tempuh perjalanan kerja yang mencapai tiga jam setiap harinya. Untuk menyiasati pengeluaran, ia terpaksa memangkas belanja kebutuhan pribadi yang dianggap tidak penting.

“Saya harus pintar-pintar mengatur pengeluaran. Mau nggak mau harus potong belanja bulanan supaya masih bisa nabung atau sekadar bertahan sampai gajian berikutnya,” ucapnya.

Terkait status Kota Bekasi sebagai daerah dengan biaya transportasi tertinggi di Indonesia berdasarkan data yang baru-baru ini dirilis, ia mengaku baru mengetahuinya. Namun, ia tidak terkejut dan justru setuju dengan fakta tersebut.

“Memang benar sih. Bekasi belum punya transportasi yang bisa antar langsung ke tempat tujuan. Jadi kita warga harus sambung sana-sini. Satu titik ke titik lainnya enggak bisa langsung, jadi biaya tambah banyak,” tuturnya.

Baca Juga: Ibu di Bekasi Resah Beras Oplosan: Beli Mahal Ternyata Palsu

Menurutnya, lonjakan biaya transportasi mulai terasa dalam dua tahun terakhir, bersamaan dengan kebijakan baru, kenaikan harga BBM, dan kondisi ekonomi masyarakat yang makin sulit.

Ditambah lagi, moda transportasi umum di Bekasi belum menjangkau banyak wilayah perumahan. Hal ini membuat warga terpaksa naik ojek online dengan tarif yang tak lagi ramah kantong.

“Sekarang ini ojek makin mahal, belum lagi kalau harus bolak-balik. Belum tentu juga tiap hari ada angkot yang lewat depan rumah,” katanya.

Ia menilai, peran pemerintah daerah dalam menangani persoalan transportasi di Bekasi masih belum optimal. Kendati KRL disebut sebagai pilihan paling murah, namun akses menuju stasiun tetap sulit dijangkau secara ekonomis.

Baca Juga: Amnesti Turun, Rumah Hasto di Bekasi Timur Sepi Aktivitas

“Kalau di Jakarta kan banyak pilihan, dan jarak antarmoda saling terintegrasi. Di Bekasi beda. Kita harus cari cara sendiri biar bisa sampai ke stasiun atau halte,” tuturnya.

Salma berharap ke depan Pemerintah Kota Bekasi bisa lebih serius membenahi sistem transportasi publik yang inklusif dan terjangkau. Menurutnya, warga hanya butuh moda yang efisien, murah, dan terintegrasi agar pengeluaran tidak terus membengkak.

“Harapan saya, pemerintah bisa bangun transportasi yang menjangkau semua lapisan masyarakat. Jangan cuma mengandalkan proyek besar, tapi yang dekat dan bisa dirasakan langsung manfaatnya oleh warga,” katanya. (CR-3)

Tags:
ongkosBekasiJakarta

Tim Poskota

Reporter

Febrian Hafizh Muchtamar

Editor