Dari 34 produk yang ditarik, 28 di antaranya adalah hasil kontrak produksi, dua merupakan produk lokal tanpa brand besar, dan empat lainnya berasal dari luar negeri. Ini memperlihatkan bahwa masalahnya tidak lagi terbatas pada produk ilegal dari luar negeri, melainkan kini justru berkembang dalam ekosistem produksi domestik yang disokong oleh promosi digital.
Skincare lokal kini sering menggunakan wajah-wajah publik figur dan influencer untuk menaikkan kredibilitas. Ironisnya, hal ini kerap membuat konsumen terlena oleh wajah cantik dan testimoni glowing, tanpa memverifikasi izin edar BPOM atau memahami komposisi produk.
Shella Saukia bukan satu-satunya dokter yang juga aktif sebagai influencer kecantikan. Namun dugaan keterlibatan produknya dalam kasus ini menciptakan pertanyaan etis mendalam: Sampai di mana tanggung jawab moral seorang tenaga medis ketika masuk ke dunia bisnis kosmetik?
Di tengah banjir endorsement, kolaborasi dokter dan brand kecantikan kadang justru melonggarkan batas etika. Banyak konsumen menganggap bahwa jika produk "direkomendasikan dokter", maka pasti aman. Padahal, promosi bukan jaminan keselamatan.
Psikologi Konsumen: Kenapa Kita Percaya?
Fenomena ini juga mencerminkan minimnya literasi kosmetik di kalangan masyarakat. Trust by Association—percaya karena sosok publiknya terpercaya telah menjadi celah yang dimanfaatkan banyak brand. Narasi “dibuat oleh dokter” kerap menutupi realita bahwa bahan aktifnya belum tentu sesuai standar keamanan.
Baca Juga: Lirik Lagu Night Changes - One Direction
Langkah Tegas dan Edukasi: Kunci Masa Depan Kosmetik Aman
BPOM menegaskan bahwa masyarakat bisa mengakses daftar lengkap 34 produk yang ditarik melalui situs resmi mereka. Langkah ini dilakukan untuk memberikan transparansi dan meningkatkan kesadaran publik.
Lebih lanjut, BPOM juga mengimbau agar masyarakat:
- Selalu mengecek izin edar BPOM sebelum membeli produk,
- Menghindari produk yang mengklaim hasil instan,
- Tidak tergoda testimoni influencer tanpa bukti ilmiah dan keamanan yang sah.
Kasus ini harus menjadi peringatan kolektif bahwa produk skincare bukan sekadar soal kulit glowing, tapi juga tentang kesehatan jangka panjang. Sebagai konsumen, kita perlu menjadi lebih waspada dan tidak bergantung pada opini semata, apalagi yang hanya viral di media sosial.
Sementara itu, figur publik, terutama yang berlatar belakang medis, perlu mengingat bahwa setiap produk yang mereka endorse atau produksi bukan hanya membawa nama, tetapi juga tanggung jawab. Kepercayaan masyarakat adalah aset yang harus dijaga, bukan dimanfaatkan.
Akses Daftar Lengkap Produk Kosmetik Berbahaya
Kunjungi https://cekbpom.pom.go.id untuk memeriksa legalitas produk kosmetik yang Anda gunakan.