JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Masalah sampah masih menjadi tantangan besar di Jakarta. Produksi sampah harian yang mencapai lebih dari 7.000 ton per hari.
Kondisi demikian menunjukkan bahwa krisis tersebut tidak bisa hanya diatasi lewat infrastruktur dan kebijakan. Namun dibutuhkan perubahan perilaku.
Terutama perubahan perilaku bagi kalangan generasi muda. Karena itu, edukasi pengelolaan sampah bagi siswa sekolah sangat penting.
Baca Juga: Anda Wajib Tahu, Apakah BSU Rp600 Ribu Masih Dicairkan? Segera Cek Sebelum 31 Juli 2025!
Sebab, sampah bukan lagi sekadar masalah kota, tapi suda menjadi masalah karakter. Sebagian besar sampah yang menumpuk di Jakarta berasal dari rumah tangga dan lingkungan permukiman. Termasuk lingkungan sekolah.
Sayangnya, banyak siswa belum memiliki kebiasaan memilah sampah, membuang sampah pada tempatnya, atau memahami siklus hidup sampah plastik.
Menimbang kondisi tersebut, selayaknya kesadaran lingkungan ditanamkan sejak usia dini. Anak-anak merupakan agen perubahan. Jika anak-anak paham cara mengelola sampah, maka efek jangka Panjang yang sangat besar.
Komisi D DPRD Provinsi DKI Jakarta mendorong pemerintah provinsi melalui Dinas Linkungan Hidup DKI Jakarta berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan DKI Jakarta untuk sosialisasi dan edukasi pengelolaan sampah di lingkungan sekolah.
Anggota Komisi D DPRD Provinsi DKI Jakarta Setyoko mengatakan, dunia pendidikan seperti sekolah juga harus mengambil langkah untuk mengedukasi siswa dalam mengelola sampah.
Satu di antaranya dengan edukasi kegiatan memilah dan mengelola sampah di sekolah. Tidak hanya menanamkan soal kebersihan. Tapi pendidikan karakter dan kepedulian lingkungan kepada para siswa.
"Di sekolah-sekolah, kurikulum masukin pelatihan-pelatihan," ujar Setyoko dalam keterangannya Selasa, 29 Juli 2025.
Termasuk di antaranya memperkenalkan sistem pemilahan sampah berdasarkan warna seperti merah untuk limbah berbahaya, kuning untuk sampah anorganik, dan hijau untuk sampah organik.
Dengan demikian, mempermudah para siswa sekolah membuang sampah secara terorganisir. "Perlu diajarin bak sampah yang berwarna warni, mungkin bisa dari sana," kata Setyoko.
Edukasi seperti itu akan membangun kolaborasi lintas sektor dalam penanganan sampah berbasis pendidikan. Memperkuat budaya lingkungan bersih dan sehat dari sekolah hingga lingkungan masyarakat.
Nantinya, para siswa di sekolah sebagai generasi penerus bangsa secara langsung dapat mendukung upaya pemerinah provinsi dalam pengelolaan sampah. "Kalau di sekolah-sekolah sudah terbiasa, akan terbawa di rumah," pungkas Setyoko. (Ril)