TAMBUN UTARA, POSKOTA.CO.ID - Tren generasi muda, khususnya Gen Z, yang memilih untuk tidak menikah di usia muda menjadi sorotan publik belakangan ini.
Perubahan pola pikir dan gaya hidup ini bahkan menuai pro dan kontra di masyarakat. Ada yang menilai keputusan itu sebagai bentuk kemunduran, namun sebagian lainnya justru melihatnya sebagai bagian dari proses pendewasaan dan perencanaan hidup yang lebih matang.
Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Tambun Utara, Ali Shadikin menjelaskan, sikap Gen Z yang menunda pernikahan bukanlah sesuatu yang patut disalahkan. Justru sebaliknya, ia melihat adanya itikad baik dari generasi muda untuk lebih bertanggung jawab dalam mempersiapkan masa depan rumah tangganya.
“Terkait isu ini tentu harus melihat data secara real. Seberapa banyak Gen Z yang memang menunda perkawinannya. Nah, ada beberapa alasan tentu saja. Pertama, karena lebih fokus pada karir dan pendidikan. Ini penting agar mereka bisa mempersiapkan rumah tangga yang lebih baik,” kata Ali saat ditemui, Rabu, 23 Juli 2025.
Baca Juga: Gen Z di Jakarta Punya Harapan Nikah
Menurutnya, faktor karier dan pendidikan menjadi pertimbangan utama yang menyebabkan banyak pemuda memilih untuk tidak buru-buru menikah. Mereka menyadari pentingnya memiliki penghasilan tetap dan bekal pengetahuan yang cukup sebelum memulai kehidupan berumah tangga.
“Mereka lebih mementingkan kariernya. Ini juga sebetulnya penting agar mereka dapat mempersiapkan rumah tangga yang lebih baik. Mereka punya pekerjaan yang baik, punya pendidikan yang baik. Dan itu juga menjadi hal yang baik dalam bekal kehidupan rumah tangga,” ucapnya.
Ia membandingkan kondisi saat ini dengan masa lampau, di mana pernikahan sering kali dilangsungkan hanya karena alasan usia atau tradisi, tanpa banyak pertimbangan terkait kesiapan finansial dan emosional.
“Kalau dulu mungkin orang enggak terlalu disibukkan dengan hal tersebut,” ujarnya.
Baca Juga: Praktisi Kesehatan Ungkap Alasan Mengapa Perempuan Dianjurkan tidak Menikah Tua
Ia menekankan, fenomena menunda nikah bukan berarti para pemuda menolak nilai-nilai pernikahan dalam agama. Menurutnya, banyak dari mereka yang sedang menjalani proses memantapkan diri agar kelak bisa menjadi pasangan dan orang tua yang lebih siap dan bertanggung jawab.
“Saya pribadi mengatakan ini baik-baik saja. Justru mereka sedang mempersiapkan. Yang penting mereka secara agama tidak menyatakan bahwa menikah itu nggak baik. Justru mereka mempersiapkan diri agar lebih baik dalam rangka membentuk rumah tangga yang punya potensi ke depannya,” tuturnya.
Dengan adanya pekerjaan, karier yang stabil, dan pendidikan yang cukup, kata Ali, para pemuda lebih siap menjalani kehidupan berumah tangga. Hal ini bahkan sejalan dengan anjuran pemerintah agar masyarakat memiliki pendidikan minimal SMA sebelum membina keluarga.
“Dengan adanya pekerjaan, dengan adanya karir dan pendidikan yang lebih baik, itu sejalan dengan apa yang diinginkan oleh pemerintah,” katanya.
Baca Juga: Sosiolog Sarankan Gen Z di Jakarta Tidak Takut Nikah
Dirinya juga turut menanggapi pernyataan Menteri Agama yang mendorong agar generasi muda segera menikah. Ali menilai ajakan tersebut bukanlah perintah mutlak, melainkan motivasi agar masyarakat tidak menunda-nunda menikah tanpa alasan yang jelas. Namun ia menegaskan pentingnya tetap memperhatikan aspek kesiapan sebelum melangsungkan pernikahan.
“Ilmu pernikahan tetap harus menjadi bekal, termasuk pengetahuan tentang ekonomi. Mereka juga harus punya pekerjaan dalam rangka mempersiapkan rumah tangga yang baik,” jelasnya.
Ali pun berharap masyarakat tidak salah menafsirkan ajakan tersebut sebagai paksaan untuk menikah muda. Ia mengingatkan bahwa menyiapkan diri secara lahir dan batin sebelum menikah jauh lebih penting daripada sekadar mengejar usia.
“Jangan sampai dengan apa yang disampaikan beliau dipahami bahwa orang disegerakan menikah karena menikah itu perintah agama, misalkan. Tapi kan juga mempersiapkan diri itu lebih bagus,” ucapnya.