POSKOTA.CO.ID - Dunia pendidikan Indonesia resmi memasuki babak baru. Pemerintah, melalui Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kementerian Pendidikan, menetapkan Capaian Pembelajaran (CP) terbaru sebagai dasar utama pembelajaran nasional.
Keputusan ini tertuang dalam Keputusan Kepala BSKAP Nomor 046/H/KR/2025, dan akan menjadi fondasi Kurikulum Merdeka sebagai kurikulum nasional mulai tahun ajaran 2025/2026.
Langkah ini bukan sekadar administratif, tapi juga refleksi dari arah baru pendidikan Indonesia yang lebih fleksibel, kontekstual, dan berorientasi pada perkembangan peserta didik.
Baca Juga: Profil Lengkap Siti Mualimah, Caleg Perindo yang Viral Usai Tuntut Guru Madrasah Bayar Rp25 Juta
Apa Itu Capaian Pembelajaran 2025?
Capaian Pembelajaran (CP) adalah rumusan kompetensi esensial yang perlu dicapai siswa dalam setiap fase pendidikan. CP 2025 disusun dalam bentuk narasi komprehensif yang mencakup tiga dimensi utama: pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Tiga prinsip utama yang melandasi CP 2025:
- Pembelajaran Holistik: Tidak hanya menekankan aspek kognitif, tapi juga afektif dan psikomotorik.
- Penerapan Praktis: Mendorong siswa mengaplikasikan kompetensinya dalam kehidupan nyata.
- Fleksibilitas: Memberikan ruang bagi sekolah untuk menyesuaikan pembelajaran dengan konteks lokal dan kebutuhan peserta didik.
Struktur Fase dalam CP
Alih-alih berdasarkan kelas atau usia semata, CP 2025 disusun berdasarkan fase perkembangan yang mencerminkan tahapan belajar siswa secara lebih natural dan progresif. Berikut pemetaan fase:
- PAUD (Fase Fondasi): Usia 2–6 tahun
- SD/MI:
- Fase A: Kelas I–II
- Fase B: Kelas III–IV
- Fase C: Kelas V–VI
- SMP/MTs (Fase D): Kelas VII–IX
- SMA/MA (Fase E): Kelas X
- SMA/MA dan SMK/MAK (Fase F): Kelas XI–XII
- Pendidikan Khusus dan Paket A–C: Disesuaikan dengan kebutuhan mental dan usia setara
Dimensi Kompetensi dalam CP 2025
1. Pengetahuan
Berisi konsep-konsep inti dan lanjutan pada tiap mata pelajaran, menyesuaikan dengan fase belajar.
2. Keterampilan
Mencakup kemampuan abad 21 seperti berpikir kritis, pemecahan masalah, kolaborasi, komunikasi, dan kreativitas.
3. Sikap
Berorientasi pada nilai-nilai Profil Pelajar Pancasila, yaitu:
- Beriman dan bertakwa
- Mandiri
- Bernalar kritis
- Gotong royong
- Berkebinekaan
- Berbudaya Indonesia
Fokus Khusus: PAUD dan SMK
Untuk PAUD (Fase Fondasi):
CP disusun untuk memfasilitasi perkembangan dini dengan elemen:
- Nilai Agama dan Budi Pekerti
- Jati Diri dan Sosialisasi
- Dasar Literasi dan STEAM (sains, teknologi, teknik, seni, matematika)
Untuk SMK (Fase E dan F):
Fokus CP diarahkan pada dunia kerja dan industri melalui:
- Keterampilan teknis
- Manajemen proyek
- Budaya kerja profesional
Pembaruan Utama dalam CP 2025
- Pembelajaran Mendalam (Deep Learning)
CP mendorong pembelajaran berbasis masalah dan inkuiri, bukan sekadar hafalan. - Integrasi Teknologi Digital
Digunakan secara strategis untuk sains, simulasi matematika, dan pelatihan kejuruan. - Personalisasi Pembelajaran
Mendorong pendekatan berdiferensiasi sesuai kebutuhan tiap siswa. - Relevansi Kontekstual
Kegiatan seperti proyek komunitas, studi kasus lingkungan, hingga magang industri diintegrasikan ke dalam pembelajaran.
Contoh Implementasi Nyata CP 2025
- PAUD: Anak diajak mengenal Tuhan dan nilai moral melalui cerita dan bermain peran.
- SD Fase B (Kelas III–IV): Siswa belajar numerasi melalui pengamatan pola dalam kehidupan sehari-hari.
- SMA Fase E (Biologi): Siswa menganalisis isu keanekaragaman hayati dengan pendekatan ilmiah.
- SMK Fase F: Siswa menyelesaikan proyek berbasis industri dengan pendekatan kerja tim dan simulasi dunia kerja.
Bagi banyak guru, CP 2025 bukan hanya dokumen teknis. Ini adalah peluang untuk menghidupkan kelas, menjadikan murid sebagai subjek aktif pembelajaran, dan memaknai kembali peran guru bukan sebagai "pengajar", tetapi sebagai fasilitator kehidupan belajar.
"Saya merasa CP ini memberi ruang lebih besar bagi kreativitas saya dalam mengajar. Saya bisa mengaitkan topik Biologi dengan isu lingkungan di sekitar sekolah," ungkap Ayu, guru SMA di Sleman.
Di sisi lain, guru juga menghadapi tantangan, terutama dalam memahami dokumen setebal 2.000 halaman lebih. Pelatihan, kolaborasi guru, serta dukungan kepala sekolah menjadi kunci keberhasilan implementasi CP 2025.
Dukungan untuk Guru dan Sekolah
Agar transisi berjalan lancar, pemerintah menyediakan:
- Platform Referensi Guru: https://guru.kemdikbud.go.id/kurikulum/referensi-penerapan/capaian-pembelajaran
- Pelatihan Mandiri dan Terstruktur: Meliputi modul ajar, asesmen berdiferensiasi, hingga penggunaan media digital.
- Panduan Penyusunan ATP dan Modul Ajar: Guru didorong menyusun Alur Tujuan Pembelajaran (ATP) berbasis CP atau menyesuaikannya dengan konteks lokal.
Asesmen dalam CP 2025
Penilaian diarahkan bukan hanya mengukur pengetahuan, tapi juga proses berpikir dan sikap murid. Pendekatan asesmen meliputi:
- Diagnostik: Untuk memetakan kesiapan belajar
- Formatif: Untuk refleksi dan umpan balik harian
- Sumatif: Untuk evaluasi hasil akhir yang berkeadilan
Instrumen bisa berupa observasi, proyek, jurnal, portofolio, dan wawancara.
Transisi Menuju Kurikulum Nasional 2025
Penetapan CP 2025 adalah bagian dari penerapan Kurikulum Merdeka sebagai kurikulum nasional berdasarkan Permendikbudristek No. 13 Tahun 2025. Sekolah diberikan masa transisi hingga 2026 untuk menyesuaikan, dengan opsi tetap menggunakan Kurikulum 2013 jika belum siap.
Akses Dokumen Resmi CP 2025
Dokumen resmi CP 2025 mencakup:
- Lampiran I: PAUD
- Lampiran II: SD, SMP, SMA
- Lampiran III: SMK/MAK
- Lampiran IV: Program Paket A–C
- Lampiran V: Pendidikan Khusus
Download lengkap dokumen: CP 2025 LENGKAP – kemdikbud.go.id
CP 2025 bukan sekadar perubahan administratif, tetapi wujud dari paradigma pendidikan yang lebih manusiawi, adaptif, dan relevan dengan zaman. Ini adalah undangan bagi semua pemangku kepentingan guru, kepala sekolah, orang tua, dan siswa untuk bersama menciptakan ekosistem belajar yang bermakna, merdeka, dan bermartabat.
Seiring perubahan ini, satu pertanyaan penting yang harus terus kita ajukan: Apakah pembelajaran yang kita berikan benar-benar membantu anak-anak kita tumbuh sebagai manusia seutuhnya?