GAMBIR, POSKOTA.CO.ID – Di tengah hiruk-pikuk Jakarta yang kian modern, denting lonceng delman masih terdengar di kawasan Monas, Jakarta Pusat, setiap akhir pekan.
Salah satu penjaga tradisi itu adalah Yadi, 49 tahun, kusir delman yang sudah menarik sejak 1995.
“Saya narik dari zaman Monas masih boleh dimasukin delman. Tahun '95 sampai hampir 2000-an, masih bisa muter di dalam. Habis itu, Monas ditutup sama gubernur, delman nggak boleh masuk lagi,” kata Yadi saat ditemui di trotoar dekat Halte Balai Kota DKI Jakarta, Sabtu, 19 Juli 2025.
Kini, delman milik Yadi hanya beroperasi saat Sabtu, Minggu, dan hari libur nasional. Rutenya pendek tapi ikonik, dari depan Monas menuju air mancur, lalu kembali lagi.
Baca Juga: Waduh! 62 Persen ASN Pemprov Jakarta Obesitas, 15 Persen Menderita Masalah Kejiwaan
Biaya satu putaran delman Rp50.000. Namun kadang penumpang memberi lebih.
“Ya tergantung orangnya. Tapi standar kita Rp50.000. Sehari bisa dapet 300 sampai 400 ribu, tapi itu juga nggak tentu,” ujarnya sembari menghisap rokok.
Menurut Yadi, sistem antre antar kusir harus dipatuhi untuk menjaga ketertiban.
“Kita di sini harus tertib. Nggak boleh nyerobot. Satu delman jalan, yang lain tunggu. Kalau ada yang maksa masuk, bisa ribut sama teman. Nggak enak,” ucapnya.
Yadi tinggal di Kemanggisan, Jakarta Barat. Kudanya ia rawat sendiri, sementara hari kerja ia habiskan dengan pekerjaan serabutan.
“Yang penting dapur ngebul. Anak-anak udah gede, saya sekarang ya yang penting masih bisa jalan. Kalau Sabtu-Minggu narik, Senin sampai Jumat kerja apa aja,” tuturnya.
Baca Juga: Cerita Anggota DPRD Jakarta Dapat Info Dugaan Pungli Rekrutmen PPSU
Sudah hampir 30 tahun Yadi menjalani profesi ini. Baginya, delman bukan sekadar alat mencari nafkah, tapi bagian dari identitas budaya Betawi.
“Mudah-mudahan pemerintah DKI Jakarta bisa kasih perhatian. Jangan sampai punah,” harap Yadi.
Di balik roda kayu yang berputar perlahan, ada ketekunan dan cinta pada tradisi yang terus dijaga. Yadi dan para kusir lainnya tetap menjadi penjaga denyut kearifan lokal di tengah laju ibu kota yang tak pernah berhenti. (cr-4)