Rinan menegaskan, dirinya dan warga sekitar seharusnya menjadi prioritas dalam perekrutan.
“Kami nggak punya ijazah tinggi, tapi kami sanggup kerja. Masak orang luar yang dikasih kerja, kami cuma jadi penonton,” katanya.
Warga pun menuntut RDF menghapus sistem rekrutmen online dan menggantinya dengan sistem luring lewat tokoh masyarakat, kelurahan, LPM, atau Karang Taruna setempat.
Baca Juga: DLH Jakarta Pastikan Bau di JGC Bukan dari RDF Rorotan
“Kami tidak minta macam-macam. Cukup pekerjakan warga Cikiwul, Ciketing Udik, Sumur Batu, dan Bantar Gebang. Kalau tidak dikabulkan, RDF lebih baik tutup saja,” katanya.
Baik Hepi maupun Rinan mengatakan, pihak RDF UPST Bantar Gebang harus bisa menerima warga lokal menjadi pekerja di tempatnya. Pasalnya, warga sekitarlah yang lebih dulu terdampak dengan adanya limbah sampah di daerah tersebut.
"Yang kerja disini tidak harus orang pintar dan berpendidikan tinggi, semuanya sama saja. Kami punya tenaga dan kemauan yang kuat. Pakai KTP saja harusnya sudah cukup," ujarnya. (CR-3)