Situasi tersebut ternyata dimanfaatkan secara cermat oleh Dewa United, klub asal Tangerang Selatan yang belakangan tampil agresif di bursa transfer.
Menurut Bung Harpa, Dewa United bersedia menyanggupi permintaan Rafael Struick, bahkan menawarkan pembayaran tiket ke Belanda empat kali semusim dalam bentuk uang tunai.
Selain itu, Dewa United juga disebut memberikan nominal gaji yang lebih tinggi dibandingkan Persija Jakarta serta sistem pembayaran yang lebih fleksibel.
Baca Juga: Timnas Indonesia Peringkat 118 Dunia, Intip Sejarah Ranking FIFA-nya yang Pernah Jatuh ke Posisi 191
"Term of payment-nya juga lebih bagus, cuma saya tidak dapat rincian apakah itu dibayar mingguan, per bulan, atau di depan. Tapi intinya tawaran Dewa United memang lebih menarik," papar Bung Harpa.
Dengan berbagai tawaran tersebut, tak heran jika akhirnya Rafael Struick lebih memilih bergabung dengan Dewa United daripada Persija.
Faktor kenyamanan pemain dan kepastian finansial menjadi pertimbangan penting bagi banyak pesepak bola profesional, terlebih bagi mereka yang masih memiliki ikatan keluarga di luar negeri.
Fasilitas Mewah Jadi Tren Baru Rekrutmen Pemain
Permintaan fasilitas tiket pulang-pergi ke negara asal memang bukan hal yang sepenuhnya baru di sepak bola profesional, terutama untuk pemain naturalisasi atau keturunan.
Bagi klub, biaya seperti ini dianggap investasi untuk mendukung kenyamanan pemain, yang diharapkan berdampak positif terhadap performa di lapangan. Namun tidak semua klub mampu memenuhi permintaan tersebut.
Dalam kasus Persija, meskipun klub ini dikenal memiliki reputasi dan basis suporter yang besar, manajemen dinilai cukup realistis dalam mengelola keuangan agar tetap seimbang.
Sebaliknya, Dewa United, sebagai klub dengan dana segar dan ambisi besar untuk bersaing di papan atas, berani memberikan fasilitas lebih demi memperkuat skuad.
Langkah ini juga menjadi bagian dari strategi branding klub untuk menarik perhatian publik dan calon sponsor.