Apa Pekerjaan Asli Takbirdha Tsalasiwi? Ini Klarifikasi Lengkap Pria Penganiaya Ojol Sleman Jogja yang Bikin Heboh

Selasa 08 Jul 2025, 07:49 WIB
Takbirdha Tsalasiwi Wartyana Ternyata Bukan Bekerja di Pelayaran, Ini Profesi Aslinya yang Viral (Sumber: Tiktok/@maspelayaran)

Takbirdha Tsalasiwi Wartyana Ternyata Bukan Bekerja di Pelayaran, Ini Profesi Aslinya yang Viral (Sumber: Tiktok/@maspelayaran)

POSKOTA.CO.ID - Pada hari Kamis, 3 Juli 2025, publik dikejutkan dengan insiden kekerasan yang terjadi di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Seorang driver ojek online menjadi korban penganiayaan oleh pelanggannya sendiri, yang diketahui bernama Takbirdha Tsalasiwi Wartyana.

Insiden bermula dari keterlambatan pengantaran pesanan makanan oleh sang driver selama kurang lebih lima menit. Takbirdha, yang saat itu diduga tidak dapat menerima keterlambatan tersebut, langsung melampiaskan amarahnya dengan tindakan fisik yang mengarah pada kekerasan.

Tindakan Takbirdha terekam dalam sebuah video yang kemudian tersebar luas di media sosial, khususnya TikTok. Dalam video tersebut, Takbirdha sempat terdengar menyebut dirinya sebagai "anak pelayaran", pernyataan yang kemudian menjadi bahan olok-olok warganet karena dinilai tidak relevan dan terkesan menyombongkan diri.

Baca Juga: Anak Liana Saputri dan Putra Rizky Umurnya Berapa? Viral Putri Haji Isam Investasi KFC Rp54 Miliar

Klarifikasi dan Permintaan Maaf Takbirdha

Setelah insiden tersebut viral dan menuai reaksi luas, Takbirdha akhirnya memberikan klarifikasi dan menyampaikan permintaan maaf kepada korban dan publik. Klarifikasi ini disampaikan melalui akun TikTok @siskhaaml__, yang menunjukkan rekaman pernyataan Takbirdha.

Dalam klarifikasinya, Takbirdha menyatakan bahwa dirinya menyesal atas tindakan kekerasan yang dilakukannya dan meminta maaf secara langsung kepada driver ojol yang menjadi korban. Ia juga menambahkan bahwa tidak ada maksud untuk menyombongkan diri dengan menyebut dirinya sebagai anak pelayaran, melainkan sekadar menyampaikan latar belakang pekerjaannya.

Namun, publik menilai permintaan maaf tersebut tidak tulus. Reaksi warganet justru semakin keras setelah video permintaan maaf diunggah. Komentar bernada sindiran hingga kemarahan membanjiri kolom komentar media sosial.

Reaksi Publik: "Anak Pelayaran Tapi Tak Punya Etika"

Sejumlah komentar netizen menjadi bukti bahwa publik tidak menerima permintaan maaf Takbirdha begitu saja. Beberapa di antaranya bahkan menyindir statusnya sebagai "anak pelayaran" yang dianggap tidak sebanding dengan perilakunya yang kasar dan tidak sopan.

"Ini pelayaran? Udah viral baru nyesal." – @Fanny Supandi

"Bawa-bawa pelayaran buat apa?" – @wong_deso

"Lemes banget klarifikasinya, beda banget sama waktu bilang AKU WONG PELAYARAN." – @ernaelly

Respon keras dari masyarakat ini menunjukkan bahwa publik tidak hanya mengecam tindakan kekerasan fisik, tetapi juga sikap arogan dan inkonsistensi sikap saat menghadapi konsekuensi hukum dan sosial.

Terungkap! Pekerjaan Sebenarnya Takbirdha Tsalasiwi Wartyana

Setelah gelombang viral dan kemarahan netizen, muncul informasi baru dari Ketua RT 01 Bantulan, Pak Efendi. Dalam keterangannya kepada awak media, Pak Efendi menjelaskan bahwa Takbirdha adalah warganya dan bukan anak pelayaran sebagaimana diklaimnya di video klarifikasi tersebut.

Menurut pengakuan Pak Efendi, Takbirdha bekerja di bidang pelayanan di luar Pulau Jawa, tanpa menyebutkan secara spesifik jenis pekerjaan atau instansi tempatnya bekerja. Penjelasan ini menjadi konfirmasi bahwa klaim sebagai "anak pelayaran" hanya merupakan bagian dari pencitraan yang tidak berdasar.

Informasi ini justru memperkeruh citra Takbirdha di mata publik. Banyak warganet menilai bahwa ia bukan hanya melakukan kekerasan, tetapi juga berbohong soal identitas pekerjaan, sehingga menambah buruk reputasinya.

Analisis Sosial: Ketimpangan Etika dan Kesadaran Sosial

Kasus ini tidak sekadar soal penganiayaan fisik. Ada dimensi sosial dan etika yang lebih dalam: bagaimana status sosial atau jabatan sering digunakan untuk membenarkan tindakan yang seharusnya tidak dapat diterima.

Pernyataan "anak pelayaran" yang disampaikan Takbirdha dinilai sebagai bentuk virtue signaling atau upaya mencari validasi sosial atas status tertentu.

Dalam konteks ini, ia berharap status tersebut dapat memperkecil kesalahannya. Padahal, masyarakat Indonesia semakin melek terhadap tindakan semacam itu dan tidak mudah dibohongi dengan embel-embel jabatan atau profesi.

Baca Juga: Profil dan Sepak Terjang Kartini Sjahrir Calon Dubes Jepang, Ternyata Adik Luhut Binsar Pandjaitan

Perlindungan terhadap Driver Ojol: Tantangan Profesi dan Perlunya Aturan Tegas

Kasus seperti yang dialami driver ojol di Sleman bukanlah yang pertama. Profesi ojek online memang rentan menjadi sasaran kemarahan pelanggan, baik secara verbal maupun fisik. Ketimpangan relasi antara penyedia jasa dan pengguna membuat banyak driver berada di posisi yang lemah.

Perlindungan hukum terhadap driver ojol, yang sebagian besar bekerja dalam sistem kemitraan tanpa jaminan sosial memadai, menjadi sorotan.

Beberapa LSM dan komunitas ojol di Indonesia mendesak pemerintah dan perusahaan penyedia layanan transportasi online untuk menyusun standar perlindungan kerja dan prosedur darurat dalam menghadapi kekerasan oleh pelanggan.

Kasus penganiayaan oleh Takbirdha Tsalasiwi Wartyana menyadarkan kita tentang pentingnya etiket sosial, pengendalian emosi, dan rasa hormat terhadap pekerja lapangan.

Viral atau tidaknya sebuah kasus bukan satu-satunya ukuran nilai moral. Yang lebih penting adalah konsistensi dalam menjunjung tinggi etika, apa pun status sosial dan profesi seseorang.


Berita Terkait


News Update