Data dari International Earth Rotation and Reference Systems Service (IERS) dan U.S. Naval Observatory mengungkapkan setidaknya ada tiga hari yang akan berlangsung lebih singkat dari biasanya.
Berikut adalah beberapa daftar tanggal-tanggal penting yang menjadi catatan sejarah geofisika.
- Rabu, 9 Juli 2025: Lebih pendek 1,30 milidetik
- Selasa, 22 Juli 2025: Lebih pendek 1,38 milidetik
- Selasa, 5 Agustus 2025: Lebih pendek 1,5 milidetik
Sebagai gambaran, satu hari normal di Bumi berlangsung selama 86.400 detik. Meski selisih milidetik terdengar sepele.
Namun, dalam dunia ilmu pengetahuan dan teknologi, perubahan sekecil apapun tetap dianggap penting.
Baca Juga: Isu Pemakzulan Gibran Rakabuming Raka Makin Menguat, Said Didu: Paket Hemat Selamatkan Bangsa
Penyebab Percepatan Rotasi Bumi
Salah satu penyebab utama percepatan ini adalah posisi Bulan yang saat ini berada cukup jauh dari ekuator Bumi.
Kondisi tersebut mempengaruhi gaya tarik Bulan terhadap Bumi, sehingga menyebabkan rotasi planet ini sedikit lebih cepat.
Namun, yang mengejutkan para ilmuwan adalah kenyataan bahwa tren ini berlawanan dengan apa yang selama ini diyakini.
Sejak lama, rotasi Bumi justru cenderung melambat karena gaya pasang surut Bulan, sehingga secara berkala harus ditambahkan detik kabisat (leap second) guna menjaga ketepatan waktu universal.
Menariknya, sejak tahun 2016 hingga saat ini, tidak ada lagi penambahan detik kabisat.
Bahkan, IERS memastikan hingga Juni 2025 pun tidak akan ada kebutuhan untuk menambahkan detik kabisat, memperkuat indikasi bahwa Bumi memang sedang berputar lebih cepat dari sebelumnya.
Fenomena ini tidak hanya membingungkan publik, tetapi juga membuat para ilmuwan seperti Judah Levine dan Leonid Zotov bertanya-tanya.