Di era media sosial, tekanan untuk terlihat “bahagia” atau “sukses” semakin intens. Algoritma platform membuat orang cenderung membandingkan hidupnya dengan pencapaian orang lain yang dikurasi secara visual.
Maudy Ayunda menyoroti bahwa Stoikisme justru relevan untuk meredam dorongan membandingkan diri secara destruktif. Dengan mengedepankan internal locus of control, seseorang akan lebih fokus pada pertumbuhan diri ketimbang validasi eksternal.
Prinsip ini juga bermanfaat dalam mengelola stres kerja, relasi interpersonal, dan ekspektasi keluarga. Filosofi Teras memandu kita menerima keadaan tanpa harus kehilangan arah atau harga diri.
Filosofi Teras Bukan Sekadar Tren
Dalam podcastnya, Maudy mengajak pendengar tidak melihat Stoikisme hanya sebagai tren intelektual atau jargon pengembangan diri. Filosofi Teras bersifat praktis karena menekankan konsistensi dalam refleksi.
Setiap hari, individu didorong untuk:
- Melatih pengendalian emosi.
- Mengidentifikasi apa yang bisa dikendalikan.
- Menyadari bias pemikiran yang muncul dari prasangka dan ketakutan irasional.
- Menumbuhkan kebiasaan bersyukur atas hal-hal sederhana yang kerap diabaikan.
Dengan konsistensi, filosofi ini menjelma menjadi kebiasaan berpikir yang membantu kita lebih tenang menghadapi dinamika hidup.