POSKOTA.CO.ID - Krisis geopolitik global kembali mencuat setelah Iran secara resmi mengumumkan penutupan total Selat Hormuz, jalur laut strategis yang menghubungkan Teluk Persia dengan Samudra Hindia.
Keputusan ini diambil oleh parlemen Iran sebagai respons terhadap serangan udara Amerika Serikat terhadap tiga fasilitas nuklir utama Iran.
Kebijakan tersebut dipandang sebagai langkah eskalatif yang menambah ketegangan antara kedua negara dan menciptakan kekhawatiran global terkait kestabilan pasokan energi.
Selat Hormuz selama ini dikenal sebagai jalur vital dalam distribusi energi global. Sekitar 20 persen dari total minyak mentah dunia melintasi selat ini setiap harinya, menjadikannya jalur pelayaran minyak tersibuk dan paling penting.
Baca Juga: Pangkalan Militer AS di Al Udeid Qatar Dihujani Serangan Rudal Iran
Negara-negara besar seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kuwait, dan Irak sangat bergantung pada selat ini untuk mengekspor minyak mentah mereka ke pasar dunia.
"Keputusan untuk menutup Selat Hormuz adalah bentuk pembalasan strategis atas tindakan agresif Amerika Serikat. Kami tidak akan membiarkan kedaulatan dan keamanan nasional kami diganggu tanpa perlawanan," ujar Juru Bicara Parlemen Iran dalam konferensi pers yang disiarkan secara nasional.
Dampak Langsung Terhadap Pasar Energi
Penutupan selat tersebut menyebabkan kekacauan dalam lalu lintas kapal tanker di kawasan Teluk.
Banyak perusahaan pelayaran dan pengangkut energi mulai mengalihkan rute atau menghentikan sementara pengiriman karena meningkatnya risiko keamanan.
Baca Juga: Iran Serang Markas Militer AS di Qatar, Kemlu Imbau WNI di Timur Tengah Waspada
Lonjakan harga minyak pun tak terhindarkan. Dalam waktu 24 jam setelah pengumuman resmi Iran, harga minyak mentah Brent melonjak lebih dari 12 persen, mencapai titik tertinggi dalam tiga tahun terakhir.