Perang Dunia III Kian Dekat, Ini Skenario Dampaknya ke Indonesia

Senin 23 Jun 2025, 08:26 WIB
Prediksi Dampaknya bagi Ekonomi dan Stabilitas Indonesia (Sumber: Pinterest)

Prediksi Dampaknya bagi Ekonomi dan Stabilitas Indonesia (Sumber: Pinterest)

Konflik ini juga berdampak signifikan pada harga minyak global. Sejak memanasnya situasi, harga minyak telah naik 7% dan berpotensi menembus angka US$100 per barel, khususnya jika konflik melebar ke negara-negara teluk lain yang juga merupakan produsen utama energi dunia.

Indonesia sebagai net importir minyak akan menghadapi konsekuensi serius. Kenaikan harga minyak berarti biaya impor energi akan meningkat, memberikan tekanan terhadap neraca perdagangan, serta membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

"Kombinasi harga minyak yang tinggi dan pelemahan rupiah menambah beban fiskal berupa peningkatan subsidi energi yang signifikan," ungkap Josua.

Imbas Langsung terhadap APBN dan Subsidi

Berdasarkan asumsi fiskal dalam APBN 2025, harga minyak Indonesia atau ICP (Indonesian Crude Price) ditetapkan sebesar USD 82 per barel. Jika harga aktual meningkat USD 1 dari asumsi tersebut, maka beban fiskal pemerintah diperkirakan bertambah sekitar Rp7 triliun. Artinya, apabila harga menyentuh USD 100, terdapat potensi beban tambahan sekitar Rp126 triliun, yang dapat membuat defisit anggaran mendekati batas atas 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Tekanan tersebut juga meningkatkan risiko fiskal jangka pendek dan berpotensi melebar defisit transaksi berjalan (current account deficit), terutama jika ekspor tidak mampu mengimbangi lonjakan impor energi.

Strategi Mitigasi Pemerintah dan Bank Indonesia

Dalam menghadapi gejolak global seperti ini, peran otoritas fiskal dan moneter menjadi sangat penting. Josua Pardede menekankan bahwa Indonesia perlu menyiapkan berbagai langkah antisipatif guna menjaga stabilitas ekonomi domestik, termasuk:

  1. Penguatan cadangan devisa melalui optimalisasi Devisa Hasil Ekspor (DHE).
  2. Intervensi nilai tukar oleh Bank Indonesia secara hati-hati di pasar valuta asing.
  3. Mitigasi fiskal melalui penyesuaian subsidi dan efisiensi belanja negara.

Koordinasi yang kuat antara Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia sangat dibutuhkan agar kebijakan yang diambil bersifat komplementer dan tepat sasaran.

Risiko Ekonomi Domestik: Investasi dan Konsumsi

Ketidakpastian global juga menekan optimisme pelaku usaha dan rumah tangga. Investasi asing langsung (FDI) berpotensi melambat karena investor global lebih berhati-hati. Selain itu, pelemahan rupiah dan inflasi dari sisi harga energi akan berdampak pada daya beli masyarakat dan konsumsi rumah tangga, yang selama ini menjadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi nasional.

Jika dibiarkan tanpa mitigasi, kondisi ini dapat menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sebelumnya dipatok di atas 5% pada 2025.

Baca Juga: Siapa Pengantin Wanita di Sumsel yang Ajukan Cerai Usai Ijab Kabul? Viral Sosoknya Jadi Sorotan

Peran Indonesia di Panggung Internasional

Secara politik, Indonesia tetap menjaga posisi non-blok dalam konflik antara AS, Israel, dan Iran. Namun, sebagai bagian dari komunitas internasional, Indonesia juga menghadapi dilema diplomatik dan tekanan internasional dalam menyuarakan perdamaian.

Selain itu, Indonesia sebagai ketua ASEAN 2025 dituntut mengambil peran strategis dalam mendorong stabilitas kawasan, terutama jika konflik mulai merembet ke wilayah Asia Tenggara.


Berita Terkait


News Update