POSKOTA.CO.ID - Sebuah video berdurasi singkat yang diunggah melalui akun TikTok @urbanpalembang mendadak viral di media sosial, memperlihatkan momen akad nikah yang berubah drastis dari haru menjadi tegang.
Video ini disebut terjadi di Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), Sumatera Selatan, menampilkan peristiwa langka sekaligus memilukan: seorang pengantin wanita meminta cerai tepat setelah ijab kabul dinyatakan sah.
Kejadian ini sontak mengundang perhatian warganet dari berbagai kalangan, terutama setelah alasan mengejutkan di balik permintaan cerai itu diungkap sang mempelai wanita sendiri.
Dengan nada tegas dan ekspresi tanpa senyum, ia menyatakan penolakannya terhadap pernikahan yang dijalaninya. Dalam bahasa daerah yang kemudian diterjemahkan dalam berbagai komentar di TikTok, ia berkata, “Aku mau cerai, aku gak suka, dia melecehkan aku.”
Baca Juga: Dukung Program Prabowo, Setiabudiland Kembangkan Rumah MBR
Identitas dan Dugaan Pemaksaan Pernikahan
Dalam rekaman video yang beredar, terlihat seorang pria paruh baya mengenakan pakaian pengantin lengkap sedang mengucapkan ijab kabul. Para saksi kemudian menyatakan kata “sah” dan menyambutnya dengan “hamdalah”.
Namun suasana berubah ketika sang mempelai wanita, yang juga mengenakan pakaian pengantin putih, langsung menyuarakan ketidaksukaannya dan permintaan untuk bercerai.
Menurut penuturan beberapa akun TikTok seperti @healtyaja dan @inivirasanss, pernikahan tersebut diduga dipaksakan sebagai bentuk "penebusan aib" akibat dugaan pelecehan seksual yang dilakukan mempelai pria terhadap mempelai wanita sebelumnya.
Dalam banyak tradisi lokal di wilayah tertentu di Indonesia, pernikahan acapkali dipaksakan untuk menjaga nama baik keluarga setelah kasus pelecehan atau kehamilan di luar nikah.
Namun dalam kasus ini, pengantin wanita berani mengambil sikap yang sangat tidak biasa: menolak pernikahan tersebut secara terbuka, bahkan di hadapan penghulu, keluarga, dan masyarakat. Keberaniannya tersebut memicu gelombang simpati dan dukungan dari netizen, yang mengecam praktik pemaksaan nikah sebagai bentuk kekerasan berbasis gender.
Respons Publik: Antara Simpati dan Kecaman terhadap Budaya Patriarkal
Respons masyarakat di media sosial sangat beragam, namun mayoritas menunjukkan dukungan terhadap tindakan sang pengantin wanita. Banyak yang menyuarakan kekhawatiran terhadap budaya yang justru menyalahkan korban dan memaksa mereka menikah dengan pelaku sebagai solusi.