Ketiadaan penutupan atau klarifikasi dari pasangan sebelumnya memicu otak untuk mencari jawaban.
"Anda tidak kembali demi cinta, tetapi demi jawaban. Tapi beberapa orang tidak akan pernah memberi Anda itu, karena mereka tidak mau bertanggung jawab," jelasnya.
Baca Juga: 5 Kesalahan Pemula Saat Galbay Pinjol yang Bikin Mental Drop, Jangan Anggap Remeh!
Perangkap Titik Manis (The Sweet Spot Trap)
Hubungan yang tidak sehat pun kadang memiliki momen manis yang dikenang.
Otak manusia sangat rentan terhadap variable reinforcement, hadiah emosional yang datang tidak menentu, seperti pesan hangat di tengah ketidakpedulian.
"Kita tidak hanya mencintai mereka, kita menginginkan sensasi itu lagi. Seperti judi, kita mengejar kemungkinan akan mendapatkan kembali rasa cinta itu," terang Gayathri.
Baca Juga: Pinjol Jerat Mahasiswa! Ini Dampak Finansial, Tekanan Mental hingga Tuntutan Solusi dari Kampus
Perasaan yang Hilang (The Missing Feeling)
Setelah berakhirnya hubungan, yang paling menyakitkan bukan pertengkarannya, tapi keheningan setelahnya. Reaksi ini, menurutnya, menyerupai gejala putus zat adiktif.
"Yang Anda rindukan bukan orangnya, tapi perasaan yang mereka berikan, validasi, koneksi, rasa nyaman," ujarnya. "Sistem tubuh kita panik karena kehilangan itu, dan membuat kita merasa tidak bisa hidup tanpanya."
Baca Juga: Pinjol Jerat Mahasiswa! Ini Dampak Finansial, Tekanan Mental hingga Tuntutan Solusi dari Kampus
Gayathri menyarankan, langkah awal untuk keluar dari siklus ini adalah dengan menyadari kait mana yang sedang menarik seseorang kembali.
"Saat Anda sadar, logika Anda mulai bekerja, dan Anda bisa menghentikan spiral itu sebelum berlanjut," kata dia.