POSKOTA.CO.ID - Dalam kehidupan, luka seringkali diasosiasikan dengan penderitaan, tangis, dan ketidakberdayaan. Namun, tidak banyak yang menyadari bahwa di balik setiap luka, tersimpan kekuatan yang luar biasa.
Luka tidak hanya menyakiti, ia juga menyadarkan. Ia membawa pesan bahwa ada sesuatu dalam diri kita yang perlu dilihat, disentuh, dan dipahami lebih dalam.
Kita semua pernah terluka, baik oleh kata-kata, kehilangan, kegagalan, maupun pengkhianatan. Dan dalam momen-momen itu, kita mungkin memilih diam, menyembunyikan diri, atau berpura-pura baik-baik saja. Tapi pada titik tertentu, ada suara dari dalam diri yang berkata: "Sudah cukup kamu sembunyi. Sekarang waktunya berdiri, walau masih gemetar."
Baca Juga: Survival Mode Bukan Gangguan Mental, Tapi Mekanisme Bertahan dari Luka Mendalam
Luka Tidak Selalu Melemahkan
Melansir dari Instagram @Vibrasi_Syukur, banyak dari kita percaya bahwa luka adalah simbol kelemahan. Padahal, luka adalah tanda bahwa kita pernah menghadapi sesuatu yang besar dan bertahan. Luka adalah jejak keberanian.
Ketika badai datang, kita mungkin goyah. Kita kehilangan arah, kehilangan orang, kehilangan semangat. Tapi goyah tidak sama dengan menyerah. Justru dalam goyahan itulah, kita mulai mengenali versi diri kita yang paling jujur—yang takut, yang lemah, tapi juga yang masih mau hidup.
Dan itu adalah kekuatan.
Luka sebagai Pintu Pertumbuhan
Luka memaksa kita untuk berhenti. Untuk tidak lagi menjalani hidup di atas autopilot. Untuk mulai mempertanyakan apa yang sebenarnya kita butuhkan dan siapa diri kita sebenarnya.
Di sinilah luka mengambil peran penting dalam proses pertumbuhan pribadi. Ia membuka ruang refleksi, mengajak kita menggali kedalaman, dan pada akhirnya mengantar kita pada keputusan besar: apakah kita akan terus terluka, atau kita akan tumbuh?
Tumbuh bukan berarti lupa. Tumbuh adalah ketika kita bisa berkata: “Luka ini bagian dari aku, tapi bukan dia yang memimpin hidupku.”
Proses Berdiri Lagi Walau Masih Gemetar
Bangkit dari luka tidak pernah instan. Tidak ada peta yang pasti, tidak ada resep universal. Setiap orang punya cara dan waktunya masing-masing.