Benarkah Iran Tutup Selat Hormuz? Ancaman Baru bagi Ekonomi Global dan Dampaknya ke Indonesia

Senin 23 Jun 2025, 15:29 WIB
Iran bisa tutup Selat Hormuz, akan berdampak pada pasokan minyak dunia. (Sumber: tangkapan layar)

Iran bisa tutup Selat Hormuz, akan berdampak pada pasokan minyak dunia. (Sumber: tangkapan layar)

POSKOTA.CO.ID - Dunia sedang dihebohkan kabar penutupan Selat Hormuz oleh parlemen Iran.

Jalur laut sempit yang memisahkan Teluk Persia dengan Laut Arab ini selama puluhan tahun menjadi rute utama ekspor minyak dunia.

Ketegangan geopolitik belakangan ini antara Iran dan Amerika Serikat diduga menjadi pemicunya, dan akan berdampak besar bagi dunia jika benar terjadi.

Selat Hormuz bukan hanya penting bagi Iran, tetapi juga vital bagi Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Qatar, Kuwait, dan Irak.

Baca Juga: Indonesia Masuk Daftar 10 Negara Teraman Saat Perang Dunia Ke-3 Pecah

Sekitar 20 persen dari konsumsi minyak dunia, lebih dari 18 juta barel per hari melintasi selat ini.

Apabila jalur tersebut benar-benar ditutup, maka ini berisiko melumpuhkan rantai pasokan energi global.

Dampak Global: Harga Minyak Naik Drastis

Sejak awal 2025, harga minyak global sudah menunjukkan tren kenaikan sebesar 35 persen akibat eskalasi ketegangan di Timur Tengah.

Analis dari JP Morgan memperingatkan bahwa penutupan total Selat Hormuz dapat menghapus hingga 13 persen pasokan minyak dunia.

Baca Juga: Dolar AS Menguat Usai Donald Trump Serang Fasilitas Nuklir Iran

Akibatnya nanti harga minyak berpotensi melonjak drastis ke kisaran USD 150–200 per barel.

Harga energi yang melonjak tajam diperkirakan akan memicu inflasi global, mengganggu pasar keuangan, serta memperlambat pemulihan ekonomi pascapandemi dan ketegangan perang dagang yang masih berlangsung.

Dampak Ekonomi bagi Indonesia

Bagi Indonesia, sebagai negara yang masih bergantung pada impor minyak mentah dan LPG, situasi ini memicu sejumlah risiko serius, terutama dalam sektor energi dan stabilitas harga.

Berikut adalah lima dampak utama penutupan Selat Hormuz terhadap ekonomi Indonesia:

Baca Juga: Mengenal Latar Belakang Konflik Iran dan Israel: Pernah Jadi Sekutu, Kini Musuh Abadi di Timur Tengah

1. Gangguan Pasokan Energi Global

Indonesia mengimpor sebagian besar kebutuhan energinya dari kawasan Teluk. Jika ekspor dari sana terganggu, pasokan minyak dan gas bisa menipis, membuat biaya pengadaan energi melonjak.

2. Harga Minyak dan LPG Meroket

Kenaikan harga minyak internasional secara langsung akan menaikkan harga minyak mentah dan LPG impor Indonesia. Hal ini bisa membebani neraca perdagangan dan memperlebar defisit transaksi berjalan.

3. Harga BBM Nasional Berpotensi Naik

Pemerintah dihadapkan pada dilema antara menaikkan harga bahan bakar atau menambah subsidi energi. Keduanya memiliki implikasi terhadap daya beli masyarakat dan APBN.

4. Biaya Logistik Meningkat

Kenaikan harga BBM otomatis berdampak pada sektor transportasi dan logistik. Tarif angkut barang bisa naik, yang kemudian akan meningkatkan harga bahan pokok seperti beras, daging, dan sayuran.

5. Inflasi dan Daya Beli Melemah

Inflasi yang tinggi dapat menekan daya beli rumah tangga. Jika tidak dikendalikan, Bank Indonesia kemungkinan harus menaikkan suku bunga acuan untuk menjaga stabilitas nilai tukar dan harga.

Baca Juga: Rusia Ungkap Fakta Mengejutkan: Sejumlah Negara Siap Kirim Senjata Nuklir ke Iran!

Ketergantungan Global pada Selat Hormuz

Menurut data International Energy Agency (IEA), dari total ekspor minyak yang melewati Selat Hormuz, sekitar 38 persen berasal dari Arab Saudi.

Negara-negara seperti Qatar, Bahrain, dan Kuwait sangat bergantung pada selat ini karena tidak memiliki rute laut alternatif.

Kapasitas pipa darat melalui Saudi dan Uni Emirat Arab hanya mampu menyalurkan 6,5–7,5 juta barel per hari, jauh di bawah total kebutuhan.

Sejak keputusan parlemen Iran diumumkan, lebih dari 50 kapal tanker dilaporkan tergesa-gesa meninggalkan perairan tersebut. Hal ini memperlihatkan tingkat kepanikan di jalur perdagangan energi global.

Reaksi Internasional dan Potensi Sanksi

Pemerintah Amerika Serikat mengecam keputusan Iran dan menyebutnya sebagai tindakan provokatif yang melanggar hukum laut internasional.

Sanksi tambahan terhadap sektor energi Iran tengah dipertimbangkan oleh Kongres AS dan Uni Eropa.

Beberapa pengamat politik menilai bahwa ketegangan ini dapat berkembang menjadi konflik militer terbuka di kawasan Teluk, yang akan semakin memperburuk kondisi pasar minyak dunia.


Berita Terkait


News Update